SajianSedap.com - Siapa yang suka makan dengan kerupuk?
Semua pasti setuju kalau makan kurang lengkap kalau tanpa kerupuk.
Dari soto hingga nasi goreng pasti jadi makin nikmat kalau disantap bersama kerupuk.
Belum lagi harga kerupuk yang sangat terjangkau.
Bahkan kerupuk bisa dibeli di samping rumah.
Meski makan jadi makin nikmat, tentu saja kerupuk memiliki efek samping.
Terutama jika dimakan orang dengan kondisi seperti ini.
Mulai sekarang jangan beli kerupuk kalau ada orang dengan kondisi ini.
Karena bukan nikmat tapi malah bisa berubah jadi bahaya.
1. Orang dengan Sakit Batuk
Bukan rahasia lagi kalau kerupuk bisa merangsang batuk, lo.
Itu kenapa, orang yang sakit batuk sangat disarankan untuk tidak makan kerupuk.
Penyebabnya tentu saja karena kerupuk diolah dengan cara digoreng.
Lantas, kenapa makan gorengan bikin batuk?
Batuk setelah makan gorengan biasanya disebabkan oleh minyak yang digunakan untuk menggoreng.
Mayoritas kasus batuk disebabkan oleh virus penyakit menular seperti flu umum atau sejumlah kondisi medis lainnya (misal, asma atau bronkitis).
Tapi batuk juga bisa diakibatkan oleh iritan asing, seperti gorengan camilan favorit Anda.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
Sebenarnya, alasan di balik kenapa makan kerupuk bikin batuk bukanlah makanannya itu sendiri, melainkan minyak jelantah yang dipakai untuk menggoreng.
Penjual kerupuk seringkali diharuskan untuk mengulang pemakaian minyak goreng sampai dagangannya laku terjual.
Penggunaan minyak goreng yang berulang menyebabkan pembentukan akrolein akibat suhu pemanasan minyak goreng yang sudah melebihi titik asapnya.
Akrolein adalah senyawa yang bertanggung jawab untuk memicu peradangan di tenggorokan yang menimbulkan rasa gatal menyiksa.
Dan pada dasarnya, batuk adalah refleks umum manusia yang berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan jalur pernapasan dari partikel asing, mikroba, polusi, lendir, dan iritan.
Kerupuk yang kering dan memiliki tekstur kasar dapat mengiritasi dinding tenggorokan Anda.
Di samping itu, makanan berlemak dan berminyak lebih sulit untuk dicerna oleh tubuh sehingga mungkin menekan proses kekebalan tubuh, yang dapat memperburuk peradangan tenggorokan.
Dari sinilah mengapa makan kerupuk bikin batuk berasal.
2. Orang dengan Obesitas
Percayakah Anda kalau kerupuk bisa bikin obesitas?
Ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum. menjelaskan, kalori makanan "ringan" seperti kerupuk dan keripik tidak bisa dipandang sebelah mata.
Pasalnya, di balik renyahnya tiga buah kerupuk kaleng atau kerupuk mi berukuran sedang, bisa mengandung 476 kalori (kkal).
Padahal, kebutuhan kalori orang dewasa (dengan kondisi kesehatan normal) di Indonesia rata-rata 2.000 kkal per hari.
Saat Anda makan tiga buah kerupuk kaleng ukurang sedang, kalorinya bisa menyalip satu potong cheese cake yang mengandung 319 kkal.
Kalori tiga buah kerupuk kaleng juga lebih banyak ketimbang cheese burger yang mengandung 380 kkal, atau mi instan goreng yang mengandung 380 kkal.
"Mari bijak memilih asupan. Orang Indonesia normalnya membutuhkan 1.500-2.000 kkal sehari, bukan per buka mulut atau makan," jelas Tan.
Kebiasaan sederhana seperti makan sambil mengudap kerupuk dan keripik apabila dibiarkan bisa punya efek negatif bagi kesehatan.
Melansir Live Strong, kalori sebenarnya energi yang digunakan sebagai bahan bakar bagi tubuh untuk bergerak.
Kebutuhan energi tersebut bergantung pada jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, kondisi kesehatan, sampai aktivitas sehari-hari.
Begitu pasokan kalori terlalu banyak atau lebih besar daripada yang dikeluarkan untuk beraktivitas, tubuh seseorang dapat menyimpan kelebihannya sebagai lemak.
Kelebihan kalori umumnya disimpan dalam bentuk trigliserida atau lemak jahat.
Timbunan lemak jahat dalam tubuh ini dalam jangka panjang dapat menyumbat pembuluh darah arteri di jantung.
Dampaknya, arteri dapat keras, kaku, dan menyempit.
Pengerasan dinding arteri ini meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Selain itu, kelebihan kalori dalam tubuh dapat meningkatkan berat badan, risiko penyakit hati berlemak, tekanan darah tinggi, sampai kanker.
Penimbunan lemak juga bisa meningkatkan tekanan pada sendi, biang osteoartritis.
Sementara itu, penimbunan lemak di sekitar leher dapat menyebabkan penderitanya mengalami berhenti bernapas selama beberapa saat ketika tidur (sleep apnea).