"Anak-anak paling banyak mengidap diabetes (DM) tipe-1, tapi ada pula yang mengidap DM tipe-2 langsung," ujar anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pedriatric and Adolescents Diabetics (ISPAD), Prof DrR Dr Aman B Pulungan, FAAP, FRCP(Hon).
Meskipun, kasus DM tipe-1 merupakan kasus yang paling banyak dijumpai pada anak-anak dan remaja, tetapi ada pula kecenderungan peningkatan kasus DM tipe-2 pada anak dengan faktor risiko obesitas, genetik dan etnik, serta riwata DM tipe-2 di keluarga.
"Nah, apalagi dengan kondisi pandemi sekarang ini, anak-anak lebih banyak makan cepat saji, tinggal pesan sambil duduk di hape, jarang beraktivitas fisik atau olahraga, risiko mereka (anak-anak dan remaja) mengalami obesitas dan diabetes juga. Ini yang banyak tidak disadari," kata dia.
Oleh karena itu, Aman menegaskan bahwa hal ini harus menjadi perhatian, karena diabetes sangat mempengaruhi kehidupan anak hingga masa yang akan datang.
Sebab, diabetes merupakan salah satu dari jenis penyakit tidak menular (PTM) yang tidak dapat disembuhkan.
"Diabetes ini tidak bisa diobati, jadi anak-anak yang mendapati diabetes harus suntik insulin dan menjaga pola makan, serta gaya hidupnya seumur hidup," jelasnya.
Namun, dengan kontrol metabolik yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang selayaknya anak sehat lainnya.
Kontrol metabolik yang baik tersebut yaitu mengupayakan kadar gula darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan anak malah kekurangan glukosa dalam darah.
Pengelolaan dilakukan dengan pemberian tatalaksana yang sesuai baik insulin maupun obat-obatan, pengaturan makan, olahraga, dan edukasi, serta pemantauan gula darah secara mandiri (home monitoring). Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Diabetes Melitus Bisa Menyerang Anak-anak, Jangan Sepelekan Gejalanya