SajianSedap.com - Nasib nahas dialami seorang balita asal Malaysia.
Pasalnya, Ia diketahui koma dengan mulut sempat berbusa setelah minum obat.
Obat tersebut diketahui disimpan orang tuanya di dalam kulkas.
Para ahli pun buka suara soal hal ini.
Ternyata, banyak orang salah kala menyimpan obat di kulkas.
Kesalahan ini pun bisa sampai menghilangkan nyawa, lo.
Seorang Anak Koma Karena Obat yang Diletakkan di Kulkas
Sebuah berita sempat menghebohkan beberapa waktu belakangan.
Kejadiannya ada di negeri Jiran Malaysia.
Pria berporfesi guru itu memosting anak didiknya yang harus dilarikan ke ruang gawat darurat, bahkan mengalami koma.
Gara-garanya saat itu ia sakit, lalu meminum obat yang disimpan di dalam kulkas.
Usai minum obat tersebut, anak itu langsung pingsan dengan mulut berbuih (berbusa).
Celakanya lagi, sang kakak yang juga mengalami penyakit yang sama, yaitu demam, juga langsung mengalami hal sama usai meminum obat tersebut.
Hal tersebut di atas dapat diketahui dari postingan bernama Adi Manja di bawah ini:
Adi Manja pun berpesan, "Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua yang suka menyimpan obat dalam kulkas.
Dokter mengatakan bahwa obat medis yang disimpan dalam waktu lama bisa menjadi racun yang mematikan.
Tidak boleh menyimpan obat dalam kulkas lebih dari 2 bulan.
Silakan peringatkan keluarga dan kerabat anda mengenai kejadian ini agar tidak terjadi kepada mereka."
Menanggapi postingan heboh di atas, dr Martin Leman, SpA, DTMH mengungkapkan, meski obat bisa menyebabkan keracunan, tapi gejalanya tidak seperti yang diceritakan dalam postingan di atas.
"Postingan di atas menyebutkan, korban pingsan dengan mulut berbusa usai minum obat, padahal meski obat bisa menjadi racun berbahaya, gejala keracunan obat tidak separah yang diungkapkan di postingan," ungkap dokter anak yang berpraktik di RS Harapan Bunda Pasar Rebo, Jakarta Timur ini.
"Gejala keracunan obat tidak menyebabkan pingsan atau tidak sadar, kemudian tidak menyebabkan mulut berbusa," tambahnya.
Adapun gejala keracunan obat yang umum ditemui adalah biasanya mual, muntah, dan pusing.
Gejala itu terjadi karena obat yang dikonsumsi sudah kedaluwarsa.
Masalahnya, banyak orangtua yang cenderung menyimpan obat di kulkas agar awet alias masa simpannya lebih panjang.
Padahal, seperti dilansir kompas.com, penyimpanan obat di dalam kulkas tidak memperpanjang masa kedaluwarsa, bahkan bisa merusak obat.
Pada kemasan obat, biasanya tak hanya ada petunjuk pemakaian, tetapi juga penyimpanan obat. Staf Clinical Research Supporting Unit (CRSU) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr J Hudyono MS, SpOk, MFPM, mengatakan, penyimpanan obat yang salah bisa merusak fungsi obat. Misalnya, menyimpan sisa obat sirup di dalam kulkas.
"Sudah sembuh obatnya disimpan, tapi ada yang disimpan di kulkas. Itu kesalahan. Di kemasan ada petunjuk disimpan pada suhu tertentu. Kalau di kulkas, di bawah 8 derajat bisa menggumpal," kata Hudyono dalam Pfizer Press Circle di Jakarta, Senin (31/10/2016).
Begitu pula dengan obat tablet maupun kapsul.
Bacalah petunjuk penyimpanan obat.
Umumnya, penyimpanan obat tidak di tempat yang lembab, suhu tinggi atau panas, dan tidak pada suhu dingin.
Artinya, OBAT TIDAK COCOK DISIMPAN DI KULKAS.
Tidak seperti makanan, penyimpanan obat di kulkas tidak akan memperpanjang usia pemakaian obat.
Penyimpanan yang salah justru bisa mengurangi keefektifan obat dalam menyembuhkan penyakit. "Obat sangat sensitif dengan perubahan suhu, kalau tidak sesuai nanti bisa rusak," ujar Staf Penilai Obat Jadi BPOM ini.
Penyimpanan obat yang tidak benar ini biasanya juga terjadi pada distribusi obat palsu maupun ilegal.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Misalnya, disimpan berlama-lama di dalam bagasi mobil yang membuat obat kepanasan hingga akhirnya rusak.
Sebaiknya, obat memang tidak disimpan terlalu lama karena ada masa kedaluwarsanya.
Dan obat kedaluwarsa bila dikonsumi akan menyebabkan keracunan.
Beberapa tanda keracunan obat selain mual, muntah, dan pusing antara lain:
- Muntah darah, sakit perut, diare, dan perdarahan pada saluran cerna.
- Sakit dan sesak dada.
- Dada berdebar.
- Pusing atau sakit kepala.
- Kejang.
- Penurunan kesadaran, bahkan hingga koma.
- Kulit atau bibir kebiruan.
- Hilang keseimbangan.
- Kebingungan atau gelisah.
- Halusinasi.
Telur di Dalam Kulkas VS Telur di Luar Kulkas
Dilansir dari beberapa sumber, Kamis (27/5/2021), SajianSedap melansir dari Kompas.com sudah membuat penjelasan mengenai menyimpan telur di dalam kulkas dan anjuran untuk tidak menyimpan telur di dalam pintu kulkas.
Berdasarkan sebuah penelitian, lingkungan yang dingin merangsang profilerasi yang cepat untuk bakteri.
Artinya, bakteri akan dengan cepat berkembang pesat saat berada di tempat dingin, khususnya bakteri salmonella.
Sebuah percobaan pun dilakukan terhadap telur yang disimpan di dalam kulkas dan telur yang disimpan di atas meja sesuai dengan suhu ruangan alias di luar kulkas.
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa telur yang diletakkan di dalam suhu ruangan memiliki bakteri lebih sedikit daripada telur yang disimpan di dalam kulkas.
Dikhawatirkan telur di dalam kulkas yang memiliki bakteri lebih banyak akan semakin berkembang biak sehingga menodai makanan lainnya di dalam kulkas.
Sementara itu, ada pendapat berbeda dari peneliti di University of Bristol, yakni Rosamund Baird dan Janet Corry.
Keduanya mengatakan bahwa menyimpan telur yang terkontaminasi pada suhu ruangan memungkinkan bakteri berkembang lebih banyak.
Sementara itu, telur yang disimpan di kulkas dengan suhu dingin akan mencegah bakteri hidup dan berkembang biak.
Meski ada perbedaan pendapat penelitian, hal terpenting adalah harus selalu menjaga kebersihan telur.
Sebab, kamu tidak pernah tahu dari mana telur yang dibeli itu berasal dan bagaimana penanganannya.
Namun, jika telur langsung dimasukkan ke kulkas tanpa dibersihkan lebih dulu, bakteri pada telur akan berkembang biak dan mencemari makanan lain yang ada di kulkas.