Bahkan, Didik mengatakan selama pandemi Covid-19 dia lebih banyak menerima pasien yang mengeluhkan permasalahan di daerah tulang cervical atau tulang belakang leher dan tulang lumbar (tulang belakang bagian bawah).
Hal ini disebabkan karena area tersebut paling banyak mendapatkan tekanan pada saat seseorang beraktivitas di rumah, seperti menggunakan komputer atau gadget dalam durasi yang lama.
"Itu akan menyebabkan pressure pada tulang-tulang belakang kita ketika sedang duduk ataupun mungkin karena salah posisi duduk," ujar Didik dalam webinar, Kamis (20/1/2022) dikutip dari Kompas.com.
Dia menjelaskan bahwa permasalahan di leher sering muncul lantaran adanya tekanan yang terus-menerus di area tersebut.
"Tulang leher kita sangat fleksibel dan rentan akan cedera ringan berulang yang lama-lama menyebabkan bantalan yang volumenya kecil mudah sekali cedera," terangnya.
Selain itu, gangguan postur, cedera, infeksi, serta tumor juga bisa mengakibatkan permasalahan di bantalan tulang leher dan menimbulkan rasa nyeri di sekitarnya.
"Bisa juga (disebabkan) kelainan bawaan, sebenaranya kita sudah ada bawaan bahwa tulang leher kita tidak bagus sehingga dari WFH kondisinya bisa memburuk," lanjut dr Didik sambil menjelaskan penyebab meningkatnya kasus sakit leher selama pandemi.
Lantas apa saja gejalanya?
- Gejala sakit leher awal yang bisa membuat otot menjadi lemah di antaranya:
- Pegal di area leher
- Leher yang kaku
- Sakit di leher (lokal atau menjalar)
- Leher bungkuk
- Gangguan keseimbangan
- Kelemahan anggota gerak seperti telapak tangan lemah atau sulit melakukan aktivitas dengan tangan.
"Kadang bila sudah berat bisa mengakibatkan gangguan keseimbangan, berjalan seperti sempoyongan, mudah linglung, ataupun sulit buang air kecil maupun buang air besar adalah gejala (gangguan di leher)," paparnya.
Sementara itu, Didik berkata bahwa beberapa keluhan yang sering timbul di leher meliputi beberapa hal.