Meski dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pria di ranjang, kita tetap tidak dianjurkan untuk terlalu banyak makan daging kambing.
Daging kambing bukanlah penyebab langsung dari hipertensi dan kolesterol tinggi.
Efek buruk ini justru datang dari teknik memasak yang salah.
Olahan daging kambing seringnya digoreng dulu sebelum diolah lebih lanjut, atau dipanggang dan dibakar untuk sate dan kambing guling.
Memasak dengan cara digoreng, dibakar, atau dipanggang akan meningkatkan kalori makanan daripada versi mentahnya.
Ditambah lagi, mengolah daging dengan cara-cara ini seringnya membutuhkan banyak minyak goreng, mentega, atau margarin yang akan berubah jadi lemak dan diserap cukup banyak oleh daging.
Suhu panas ketika menggoreng atau memanggang membuat kandungan air di dalam makanan menguap hilang, dan digantikan posisinya dengan lemak yang berasal dari minyak.
Lemak yang terserap ke dalam daging kemudian menyebabkan makanan yang tadinya rendah kalori menjadi berkalori tinggi.
Bahkan, peningkatan kalori yang terjadi dari ketiga cara memasak ini bisa berkali-kali lipat lebih tinggi dari kalori awalnya.
Asupan tinggi kalori dalam tubuh akan diubah menjadi lemak, yang lama kelamaan bisa menumpuk di pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah.
Di samping itu, penggunaan beragam bumbu penyedap selama memasak juga secara tidak langsung menjadi faktor pemicu tekanan darah tinggi setelah makan daging kambing.
Terlebih jika dimasukkan berulang kali untuk menyesuaikan rasanya.
Kita boleh saja tetap mengonsumsi daging kambing, namun cukup seperlunya dan masaklah dengan teknik yang sehat.
Kita bisa mengolah daging kambing menjadi sop bening atau ditumis.
Pastikan juga menyeimbangkan nutrisi saat makan daging kambing.
Jangan cuma makan daging dan nasi saja, misalnya.
Perbanyak buah dan sayuran yang kaya serat, vitamin, dan mineral untuk menyeimbangkan efek kolesterol dan kenaikan tensinya.