Pesawat yang dibuat setelah 1988 memiliki lebih banyak bahan interior tahan api.
2. ValuJet 592 - Pencegahan kebakaran kargo
Pada 11 Mei 1996, ValuJet 592 yang terbakar tidak dapat mendaratkan pesawat tepat waktu, dan 110 orang tewas.
Kebakaran di DC-9 ini disebabkan oleh api dari generator oksigen kimia yang dikemas secara ilegal oleh SabreTech, kontraktor pemeliharaan maskapai tersebut.
Insiden ini memacu FAA mendorong peningkatan perlindungan pada kompartemen kargo jet penumpang.
Semua pesawat komersial juga wajib memiliki detektor asap dan alat pemadam api otomatis di ruang kargo.
Sekaligus memperkuat aturan untuk tidak membawa kargo berbahaya di pesawat.
3. TWA 800 - Menghilangkan percikan listrik
Pada 17 Juli 1996, TWA Flight 800 sebuah Boeing 747 dari New York menuju Paris, meledak di udara.
Semua 230 penumpang tewas dan menimbulkan kontroversi besar.
NTSB menepis kemungkinan serangan bom atau rudal teroris.
Setelah dengan susah payah memasang kembali puing-puing, disimpulkan bahwa ada asap dari tangki bahan bakar sayap tengah pesawat yang hampir kosong.
Itu kemungkinan besar terbakar setelah korsleting di bundel kawat menimbulkan percikan api di sensor pengukur bahan bakar.
FAA sejak itu mengamanatkan perubahan untuk mengurangi percikan dari kabel yang rusak dan sumber lainnya.
Sementara itu, Boeing mengembangkan “fuel-inerting system”, yang menyuntikkan gas nitrogen ke tangki bahan bakar untuk mengurangi kemungkinan ledakan.
Sistem itu selanjutnya dipasang di semua pesawat yang baru dibuat.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 13 Kecelakaan Pesawat yang Mengubah Penerbangan Dunia