Angklung yang satu ini adalah istilah untuk angklung padaeng yang cuma menggunakan nada bulat tanpa nada kromatis.
Adapun, nada dasarnya ialah C.
Satu unit kecil angklung sarinande berisikan 8 angklung, dari Do rendah sampai Do tinggi.
Sementara itu, angklung sarinande plus berisikan 13 angklung, dari Sol rendah sampai Mi tinggi.
6. Angklung Sri-Murni
Gagasan Eko Mursito Budi menciptakan angklung Sri-murni.
Angklung ini sendiri diciptakan khusus untuk kebutuhan robot angklung.
Angklung Sri-murni menggunakan dua atau lebih tabung suara yang nadanya sama sehingga nada yang dikeluarkan ialah nada murni atau mono-tonal.Dengan berbagai jenis angklung ini, ternyata saat pembuatannya tidak bisa sembarangan.
Angklung sendiri menggunakan bahan dari bambu.
Namun menurut kepercayaan Sunda, ternyata untuk memotong bambu sebagai bahan baku angklung ini tidka bisa sembarangan.
Dikutip dari Kompas.com, menurut kepercayaan masyarakat Sunda, diperlukan waktu tertentu untuk mengambil bambu dari pohon.
Yaitu di waktu pagi dan sore hari karena di waktu tersebut dianggap kadar air sedang rendah di dalam pohon bambu.
Jika dikaitkan dengan ranah sains, hal ini berkaitan dengan hasil suara yang akan keluar dari bambu.
Selain kepercayaan menegnai kapan waktu yang tepat untuk memotong bambu angkung, ada 2 fakta lain yang cukup mengejutkan dari angklung ini.
Pada masa penjajahan Portugis hingga Belanda, angklung banyak dimainkan masyarakat sebagai pemacu semangat melawan penjajah.
Selain di Indonesia, angklung juga masuk kurikulum pendidikan di beberapa negara.
Ya, sejak ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Unesco, angklung mulai masuk ke kurikulum di negara Amerika dan Inggris.
Tentu hal ini membanggakan bukan?
Tentu tak hanya masyarakat Sunda, seluruh masyarakat Indonesia perlu menjaga, dan melestarikan angklung ini sebagai salah satu warisan budaya asli Indonesia.