Sajiansedap.com - Shahnaz Haque selalu sukses menjadi pusat perhatian.
Presenter cantik satu ini memang kerap wara-wiri di layar kaca sebagai presenter papan atas Indonesia.
Shahnaz Haque ternyata adalah seorang survivor atau penyintas kanker.
Ia sempat divonis menderita kanker ovarium atau indung telur.
Sebagai wanita, tentu saja ini adalah salah satu dari sekian banyak penyakit yang bisa berakibat fatal.
Bahkan kematian siap menanti kapan saja.
Karena itu ada baiknya mulai sekarang kita harus menjaga pola makan.
Sejak terkena kanker, Shahnaz sendiri mengaku sudah tidak sembarangan lagi dalam memilih asupan makanan.
Bukan hanya itu saja, Shahnaz juga memiliki kepedulian tinggi pada masakan, cara memasak hingga cara ia menyimpan bahan makanan pun menjadi perhatian untuk menjaga dirinya dan seluruh anggota keluarga.
Ia menjaga pola makan dengan berhenti mengonsumsi daging merah seperti rendang, makanan cepat saji, makanan kalengan, pun hanya sesekali mengonsumsi ikan asin dan makanan yang diolah dengan cara dibakar.
Menurutnya, daging merah kendati lezat namun berkontribusi menyuburkan pertumbuhan sel yang tidak baik.
Berusaha menyajikan makanan yang segar, ia juga sudah menghentikan menyimpan makanan di dalam kulkas.
Baca Juga: 3 Cara Memasak Sosis agar Seisi Rumah Tidak Terserang Kanker
Sebenarnya, perjalanan Shahnaz Haque dengan kanker ovarium sudah sejak dari lama.
Hal ini bermula dari kekhawatirannya ketika seringkali tidak kunjung menstruasi dalam beberapa bulan, padahal dia belum menikah ketika itu.
Lalu, Shahnaz pun menyadari bahwa ada yang tidak beres atau tidak benar yang terjadi pada tubuhnya.
Mengingat anggota keluarganya, ada yang memiliki penyakit kanker.
Maka, riwayat ini juga menjadi salah satu faktor risiko yang dicurigai Shahnaz Haque ketika itu, sebelum akhirnya didiagnosis kanker ovarium stadium awal.
"Yang saya pikirkan adalah bagaimana bisa sembuh dari sakit ini, meskipun khawatir juga waktu dapat diagnosis awal kena kanker ovarium itu.
Tapi mikirnya positif, dan fokus ke pengobatannya bagaimana," cerita Shahnaz.
Faktanya, yang punya penyakit kanker ovarium bukan cuma Shahnaz Haque saja loh.
Artis cantik, Febi Febiola juga mengidap penyakit mematikan ini.
Dalam perbincangannya dengan Maia Estianty, Feby menceritakan saat pertama kali divonis menderita kanker ovarium.
"Diagnosa dokter adalah sampai sekarang ini kanker ovarium stadium 1C. Ketahuannya itu pas gue USG, sekitar dua bulan lalu," kata Feby Febiola dalam kanal YouTube Maia Estianty, dikutip Kompas.com, Selasa (4/8/2020).
Ketika pemeriksaan USG, kata Feby, dokter mengatakan ada tumor yang bersarang di indung telur sebelah kanan.
"Pas dia USG dia bilang ada massa (tumor) di indung telur sebelah kanan. Mukanya langsung yang serius gitu, gue yang, 'ah apa nih?', Karena gue enggak ngerasa apa-apa," ujarnya.
Kemudian, Feby menjalani tes tumor marker, CT scan dan cek darah.
Tetapi, hasil tes tumor marker didapat setelah dua minggu.
"Nah, tumor marker harus dikirim ke Jakarta dan waktu itu PSBB jadi hasilnya baru dua minggu lagi," ujar Feby.
Sebenarnya, di Indonesia masih banyak orang yang bingung membedakan kanker ovarium dan kanker serviks.
Padahal keduanya sangat berbeda loh, walaupun sama-sama mematikan.
Jadi apa sih perbedaan dari kanker ovarium dan kanker serviks?
Kanker ovarium dan kanker serviks sama-sama menyerang di saluran reproduksi, tetapi mereka berbeda.
Mengutip Medical News Today, kanker ovarium terjadi ketika sel kanker tumbuh di ovarium, saluran tuba, atau peritoneum.
Banyak kasus kanker ovarium dapat dimulai di saluran tuba falopi, yang berjalan dari ovarium ke rahim.
Sedangkan, kanker serviks terjadi ketika sel kanker berkembang di leher rahim.
Leher rahim menghubungkan vagina ke rahim, di mana bayi akan tumbuh selama kehamilan.
Kanker serviks paling sering terjadi pada wanita di atas 30 tahun.
Bagi anda yang masih berusia di bawah 30 tahun, sebaiknya mulai dari sekarang cegah kanker ovarium masuk ke tubuh anda.
Jangan biarkan kanker ovarium merenggut nyawa anda yang berharga.
Cara cegah kanker ovarium sejak dini ternyata sangat mudah.
Ada beberapa cara yang bisa anda coba lakukan, mengutip dari American Cancer Society.
Pertama adalah mendapatkan dan mempertahankan berat badan yang sehat adalah salah satu cara mencegah kanker rahim yang mengancam kesehatan wanita.
Berat badan yang sehat dapat diukur dengan indeks massa tubuh (IMT).
Menurut Kementerian Kesehatan, batas ambang IMT orang normal adalah 18,5-25,0.
IMT adalah indeks massa tubuh yang diukur dengan berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter.
Atau anda juga bisa dengan mengatur kebiasaan makan makanan sehat.
Anda harus memperhatikan kebiasaan makan.
Hindari makan makanan tinggi lemak hewani sebagai cara mencegah kanker rahim.
Cara ini dianggap efektif agar anda terbebas dari kanker ovarium dalam jangka panjang.
Selain kita mencegah kanker ovarium sejak dini, ada beberapa makanan yang sebenarnya bisa mencegah kanker ovarium.
Jaminan makanan ini berkhasiat dan berikan hasil yang nyata.
Mengutip Medical News Today, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pola makan tertentu dapat membantu mengurangi risiko kanker ovarium dan meningkatkan kesehatan pada orang dengan kondisi tersebut.
Namun, hubungan antara makanan manusia dan risiko kanker itu kompleks dan diperlukan penelitian lebih lanjut antara makanan dan dampak pada kanker ovarium.
Sejauh ini, riset menemukan beberapa makanan berikut dapat membantu beberapa orang menurunkan risiko serangan kanker ovarium:
Sayuran kuning: wortel, ubi jalar, labu kuning, labu siam.
Sayuran alium: bawang bombay, bawang merah, tomat, bayam, selada.
Sayuran silang hijau, seperti: brokoli, kembang kol, arugula, bok choy, kubis Brussel, kubis, sawi hijau, daikon, lobak, kale, selada air, rutabaga.
Buah segar: blueberry, blackberry, mangga, melon.
Biji-bijian utuh: beras merah, quinoa, gandum, milet.
Produk kedelai: tahu, susu kedelai, tempe, edamame.
Polong-polongan: kacang merah, kacang pinto, kacang hitam, kacang putih, buncis, kacang lima, lentil, kacang polong.
Ikan berminyak (kaya omega-3): salmon, tuna albacore, herring, mackerel, trout.
Kacang-kacangan dan biji-bijian: selai kacang, biji labu, biji bunga matahari, kenari, biji rami.
Produk susu alternatif (rendah lemak, tinggi protein): yogurt Yunani.
Mengutip WebMD, Therese Dolecek, profesor peneliti epidemiologi dan peneliti di Institute for Health Research and Policy, University of Illinois dalam penelitiannya menemukan bahwa sayuran kuning dan sayuran silangan.
Dolecek melakukan mengamati kelangsungan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium diukur dengan porsi makanan sayuran kuning, sebagai berikut:
75 persen pada mereka yang makan kurang dari 1 porsi seminggu sayuran kuning.
82 persen pada mereka yang makan 3 atau lebih porsi sayuran kuning seminggu.