SajianSedap.com - Nama aktor Korea Selatan Lee Seung Gi kini tengah menjadi sorotan khusunya pengegmar drakor di Indonesia.
Bagaimana tidak, Dispatsch, salah satu media yang cukup tenaman di Korea Selatan, membongkar skandal besar yang menyangkut aktor sekaligus penyanyi ini.
Dalam skandal tersebut, Hook Entertainment, selaku agensi yang telah menaungi Lee Seung Gi selama lebih dari 10 tahun ternyata diduga telah menggelapkan bayaran sang artis sebagai penyanyi.
Bahkan dikabarkan Lee Seung Gi tidak menerima keuntungan sepeserpun dari kariernya selama 10 tahun sebagai penyanyi.
Diketahui sebeleum menjadi aktor, Lee Seung Gi adalah seorang penyanyi solo.
bahkan lagu-lagunya cukup hits.
Dengan suaranya yang mendayu khas lagu Korea, Lagu-lagunya pun mampu membius penggemar.
Meski begitu, Lee Seung Gi rupanya tidak menikmati hasil jerih payahnya.
Lantas bagaimana kronologi kasus ini?
Dikutip dari Kompas.com, Lee Seung Gi meminta transparansi pembayaran honor selama menjadi artis Hook Entertainment.
Kasus ini pun semakin memanas setelah media Korea Selatan Dispatch mengungkapkan, Lee Seung Gi diduga tidak menerima royalti dari musiknya selama 18 tahun berkarya.
Bahkan, Dispatch turut merilis rekaman audio yang diduga suara CEO Hook Entertainment, Kwon Jin Young, memaki dan mengancam Lee Seung Gi.
Sebelum kasus Lee Seung Gi muncul, Hook Entertainment sempat digerebek kepolisian setempat selama lima jam pada 10 November 2022.
Diberitakan Allkpop, (10/11/2022), Divisi Investigasi Kejahatan Berat Badan Kepolisian Nasional menggeledah kantor Hook Entertainment di Cheongdam-dong, Gangnam, Seoul.
Peristiwa ini dinilai tidak biasa karena pihak berwajib jarang melakukan penggeledahan di kantor agensi.
Terlebih, belum diketahui pasti alasan dari penggerebekan.
Namun, terdapat spekulasi bahwa penggerebekan berkaitan dengan mantan kekasih aktris Park Min Young, Kang Jong Hyun, pebisnis yang juga punya hubungan dengan Hook Entertainment.
Kang Jong Hyun belakangan kerap menjadi berita utama lantaran aktivitas keuangannya yang mencurigakan.
Sementara itu, menurut laporan Soompi, (18/11/2022), penggeledahan berkaitan dengan penggelapan dana oleh sejumlah eksekutif.
Buntut penggerebekan Hook Entertainment, Lee Seung Gi menuntut laporan transparansi pendapatan dan pembayaran dirinya pada 18 November 2022.
Sebab, seperti diketahui, Lee Seung Gi berada di bawah naungan Hook Entertainment selama 18 tahun, sejak debut pada 2004.
Menanggapi permintaan tersebut, Hook Entertainment pun membuat pernyataan bahwa pihaknya tengah membuat ulasan data.
"Kami bekerja keras untuk menyelesaikan isu tanpa salah paham antara dua pihak," ujar agensi.
Permasalahan ini pun berlanjut dengan terungkapnya rekaman yang diduga suara dari sang CEO Hook entertainment Kwon Jin Young.
Pengegmar bahkan syok lantaran dalam rekaman tersebut, Kwon Jin Young diduga melakukan tindakan pengancaman pada Lee Seungi karena meminta transparansi keuangan miliknya.
Hal ini sungguh miris mengingat skandal ini baru terungkap kini.
Memang, selain gemerlapnya dunia hiburan Korea Selatan, ada disisi kelam di terutama soal keuangan.
Bahkan beberapa agensi di Korea Selatan disebut melakukan kontrak budak pada artisnya.
Alhasil, bayaran yang seharusnya diberikan dan adalah hak artis, tidka diberikan.
Lantas bagaimana sebenarnya sistem pembayaran artis di Korea Selatan?
Nah rupanya ada sistem pembayaran artis yang diatus setiap agensi hiburan.
Kali ini yang akan dibahas merupakan sistem pembayaran utnuk artis idol atau grup musik.
Dikutip dari Parapuan.com, artis K-Pop pertama kali masuk ke industri sebagai trainee atau peserta pelatihan di sebuah agensi.
Namun, kontrak para calon idola ini sudah dimulai sejak masa pelatihan tersebut atau yang dinamakan kontrak budak.
Kontrak budak berarti bahwa agensi/label membayar semua biaya yang dikeluarkan trainee untuk pelatihan, tempat tinggal, dan sebagainya.
Biaya pengeluaran rata-rata agensi per tahun untuk trainee diperkirakan sekitar 50 ribu dolar AS atau setara Rp 718 juta.
Bayangkan jika per tahunnya agensi harus mengeluarkan sekian banyak, maka bayaran yang diperoleh idol setelah berhasil debut akan masuk ke kantong label.
Paling tidak, idol baru bisa menikmati hasil dari debutnya setelah ia 'mengganti' uang yang dikeluarkan agensi untuk pelatihan dan mendebutkan mereka.
Sebenarnya praktek kontrak semacam itu sudah dilarang oleh pemerintah Korea Selatan, tetapi faktanya di lapangan tak pernah ada yang tahu.
Pasalnya, transparansi dari perusahaan hiburan di Korea Selatan terbilang masih kurang.
Barangkali, hal itu membuat para idol tidak tahu jumlah bayaran yang diterima dan berapa yang disetorkan ke agensi.
Masa pelatihan bisa berlangsung dua tahun, bahkan lebih, sebelum trainee memulai debutnya.
Biaya yang dikeluarkan agensi untuk menanggung masa pelatihan tersebut biasanya dimasukkan ke dalam tagihan idol.
Maka artinya, seperti sudah disinggung sebelumnya, mereka akan membayar kembali agensi setelah debut.
Setiap agensi menetapkan aturan yang berbeda terkait hal ini, tetapi sebagian besar perusahaan berharap trainee mengganti biaya yang mereka keluarkan.
Dalam kasus ini, proses menjadi idol Kpop bukan sesuatu seperti investasi, tapi lebih ke pinjaman atau utang.
Kalau sudah begini, idol K-Pop boleh jadi belum menerima bayaran selama pinjamannya belum lunas.
Tur dan merchandise K-Pop adalah strategi pemasaran agensi untuk mendapatkan uang dari barang dagangan mereka.
Barang dagangan yang dijual berupa tiket konser, album, pernak-pernik para idola, dan sebagainya.
Agensi melakukan ini umumnya untuk mendapatkan "pengembalian" uang dari para idol.
Hasil penjualan tiket dan merchandise tentu masuk ke kantong agensi, sementara para idola hanya memperoleh keuntungan bahwa pinjaman mereka berkurang.
Sejumlah perusahaan industri hiburan Kpop alias agensi idol membagi keuntungan 90:10 persen.
Sembilan puluh persen untuk perusahaan dan sisanya diberikan kepada idol. Ironisnya, seringnya agensi tidak mendebutkan artis solo, tetapi grup idola.
Bayangkan bagaimana jika sepuluh persen yang diterima grup harus dibagi ke seluruh anggotanya.
Sebagai ilustrasi, katakanlah sebuah grup menerima 1 juta dolar AS (setara Rp14 miliar) dari konser atau kontrak iklan.
Perusahaan akan mengambil 900 ribu dolar AS (setara Rp12,9 miliar), dan sisa 100 ribu dolar AS (setara Rp1,4 miliar) akan diberikan kepada satu grup untuk dibagikan.
Jika jumlah anggotanya 10 orang, maka masing-masing cuma akan menerima 10 ribu dolar AS atau sekitar Rp143 juta.
Lumayan memang.
Tapi ingat, mereka juga perlu menggunakan bayaran tersebut untuk membayar tagihan utang ke agensi, pajak, dan mungkin utang pribadi lainnya.
Meski demikian, tak sedikit pula idol K-Pop yang bisa hidup mewah dari pendapatannya sebagai artis.
Umumnya, mereka tak hanya sibuk sebagai idol, tetapi juga merambah dunia akting, menjadi brand ambassador, dan lain sebagainya.
Tak jarang, ada pula yang sudah bisa berinvestasi di usia muda berkat kerja kerasnya semasa aktif sebagai idol K-Pop.
Kasus Lee Sung Gi ini tentu hampir sama.
Keuntungan pembayaran dan almbum biasanya dibagi antara perusahaan dan artis.
Namun CEO Kwon Jin Young disebut memberi tahu Seung Gi jika albumnya tidak laris.
Wah kira-kira bagaimana kasus ini selanjutnya?