Bikin Geger Gedung Tertinggi di Dunia Tak Punya Septic Tank, Begini Aturan yang Benar Membuat Septic Tank

By Idam Rosyda, Jumat, 2 Desember 2022 | 16:25 WIB
Burj Khalifa Gedung tertinggi di Dunia tidak punya septi ctank (diana.grytsku/Freepik)

SajianSedap.com - Burj Khalifa, saiap yang tidak tahu gedung satu ini.

Gedung tertinggi di dunia ini selalu menjadi sorotan.

Dengan tingginya gedung Burj Khalifa tentu saja beragam fakta uni mengenai gedung ini selalu menarik unutk dikulit.

Dibangun dari tahun 20114, Burj Khalifa rampung pada tahun 2010.

Gedung ini resmi dibuka untuk umum dan menjadi salah satu destinasi wisata menarik dan mewah di Dubai.

Burj Khalifa memiliki jumlah lantai 162 lantai.

Namun hanya sampai lantai 160 gedung ini bisa dihuni.

Dikutip dari Kompas.com, salah satu destinasi populer yang masuk ke dalam bucketlist banyak orang adalah mengunjungi restoran di lantai 122 Burj Khalifa.

Makan di ketinggian 441 meter memberikan sensasi unik tersendiri, sekaligus menyuguhkan panorama kota yang indah bagi para pengunjung.

Untuk makan di restoran ini, menurut The Travel, minimum charge per orang untuk kursi dekat jendela mulai dari 185,13 dollar AS atau sekitar Rp 2,7 juta.

Meski mendapat julukan dengan gedung tertinggi, nyatanya Burj Khalifa tidak memiliki septic tank.

Baca Juga: Rayakan Akhir Tahun Bersama Golden Combo, Hot & Cheesy Chicken dari KFC

Saat dibangun, gedung tersebut nekat tidak menambahkan fitur septic tank atau sistem pembuangan limbah kotaran.

Akibatnya, kini mereka bingung harus membuang 15 ton limbah kotoran setiap harinya.

Bikin septic tank ternyata dinilai pemborosan.

Dikutip dari Daily Star, gedung Burj Khalifa toilet atau WC-nya disebutkan tidak terhubung ke sistem air limbah kota.

Sehingga harus mencari cara lain untuk membuang limbah kotoran dari penghuninya.

Jadi gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai miliki tinggi capai 800 meter lebih.

Karena tidak memiliki septic tank dan tidak terhubung saluran pembuangan, banyak truk pengangkut kotoran keluar masuk setiap harinya untuk mengatasi persoalan ini.

Limbah kotoran Burj Khalifa kemudian diangkut ke luar kota.

Alasan Burj Khalifa tidak memiliki septic tank atau saluran pembuangan limbah kotoran karena pengelola tidak mau mengeluarkan biaya untuk pembuatannya.

Disebutkan saat Burj Khalifa selesai dibangun, Dubai sedang dampak krisis kredit pada 2008.

Mereka menganggap biaya untuk menambahkan Burj Khalifa ke sistem saluran pembuangan kota adalah pemborosan yang tak perlu.

Baca Juga: Tak Perlu Lagi Tahan Malu, Badan Bisa Bebas Bau Mulai dari Pagi Sampai Sore Cuma Modal Temulawak

Pengembang yakin bahwa mengangkut limbah setiap hari akan lebih murah daripada memperbaiki sistem saluran pembuangan dalam waktu singkat.

Sehari 15 ton limbah Namun, dengan penghuni sebanyak 35.000 orang, Burj Khalifa menghasilkan 15 ton limbah per hari.

Setelah kondisi tersebut, pengelola berencana untuk membangun kembali sistem pembuangan limbah, tetapi tidak akan selesai sampai tahun 2025.

Untuk membersihkan Burj Khalifa butuh waktu sekitar tiga bulan.

Artinya, Burj Khalifa dibersihkan empat kali dalam setahun.

Dikutip dari Time Out Dubai, petugas kebersihan akan naik sampai ke puncak menara, lalu turun menggunakan tali sampai ke lantai dasar.

Setelah selesai, mereka akan menggunakan lift untuk kembali ke atas dan melakukannya lagi.

Dengan gedung setinggi 825 meter tentu diperlukan lift cepat untuk menunjang mobilitas penghuninya.

Menurut World Atlas, untuk naik ke atas, pengunjung bisa naik lift yang bergerak dengan kecepatan sekitar 60 Km/jam.

Jika pergi ke dek observasi puncak di ketinggian 555 meter, pengunjung bisa menyaksikan sensasi melihat pemandangan kota dari ruangan tertinggi di dunia.

Membahas mengenai septic tank di gedung tinggi, rupanya ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan.

Baca Juga: Es Gempol Pleret, Minuman Khas Sukoharjo yang Terkenal di Semarang

Bahkan di Jakarta, gedung tinggi dihimbau tidak menggunakan septic tank.

Pada tahun 2018, Sandiaga Uno yang kala itu menjabat sebagai wakil Gubernur DKI jakarta bahkan sempat melakukan razia gedung yang masih menggunakan septic tank.

Dia mengatakan, ada beberapa gedung di Jalan MH Thamrin yang masih menggunakan septic tank.

Padahal diketahui gedung di Jakarta bisa jadi hanya memiliki tinggi sepertiga dari Burj Khalifa.

"Satu gedung yang sudah terindikasi tidak sesuai terhadap ketentuan di Thamrin karena masih menggunakan septic tank. Jadi itu luar bisa ngawurnya," ujar Sandiaga dikutip dari Kompas.com.

Seharusnya gedung itu memilki saluran pipa dari PD PAL Jaya.

Limbah yang dihasilkan dari gedung akan langsung tertangani dengan baik. Jika menggunakan septic tank, limbahnya kembali ke tanah.

Sandiaga mengatakan sanksi untuk manajemen gedung itu akan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.

Razia terhadap gedung-gedung tinggi itu sudah dilakukan sejak tanggal 12 hingga 21 Maret 2018.

Sandiaga mengatakan jumlah gedung yang terbukti melanggar masih ditabulasi hingga saat ini.

"Tapi sekarang sudah bisa dipastikan ada beberapa gedung yang melanggar dan satu ini sayangnya gedung pemerintah," kata dia.

Razia itu dilakukan setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 279 Tahun 2018. Kepgub itu mengatur tentang pembentukan Tim Pengawasan Terpadu Penyediaan Sumur Resapan serta Instalasi Pengelolaan Air Limbah dan Pemanfaatan Air Tanah di Bangunan Gedung dan Perumahan.

Tim ini berkeliling gedung-gedung tinggi. Ada 80 gedung yang akan didatangi untuk dicek dan dimintai informasi.

Gedung-gedung tersebut tercatat menggunakan air PDAM dengan jumlah yang relatif kecil, padahal gedung-gedung itu diisi banyak orang yang membutuhkan pasokan air besar.

Tim yang melakukan razia terdiri dari beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD), yaitu Dinas Cipta Karya, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian dan Energi, Satpol PP, serta Dinas Sumber Daya Air.

Tim juga melibatkan lembaga eksternal, seperti Balai Konservasi Air Tanah.

Limbah saat ini memang menajid isu yang cukup panas di beberapa negara berkembang salah satunya di Indonesia bahkan di dunia.

Tak heran jiak maslaah limbah ini hingga kini masih menjadi polemik.

Baca Juga: Masih Muda Beruban, 2 Penyakit Ini Bisa Jadi Penyebabnya, Salah Satunya Pernah Diidap Ashanty