"Makanan yang tidak dapat dicerna tentu tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi dan hanya menjadi sampah. Jadi Abon sebaiknya hanya digunakan sebagai penyedap, bukan sumber zat gizi," kata Djoko Sutopo dikutip dari Tribunews.com
Menurutnya, pengolahan makanan terutama penggunaan suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan zat gizi baik jumlah maupun mutunya.
Yang paling mudah rusak adalah vitamin, terutama vitamin larut-air.
Penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi dapat meningkatkan mutu/nilai gizi terutama protein.
Contoh bahan makanan yang akan berigizi jika dipanaskan dengan suhu panas yang tepat adalah telur.
Telur yang dimasak lebih baik daripada telur mentah.
Selain itu kacang-kacangan yang dimasak lebih baik daripada kacang mentah karena senyawa-senyawa penghambat enzim protease menjadi in-aktif.
Tetapi penggunaan suhu tinggi misalnya digoreng sampai kering, dipanggang, dibakar itu merusak nilai gizi protein (bukan kadarnya) karena terjadi polimerisasi, ikatan kompleks, ikatan silang sehingga enzim yang ada di perut manusia tidak mampu mencerna.
Tidak ada bahan makanan satupun yang bermanfaat bagi manusia kalau tidak dapat dicerna dan diserap.
Jadi semua bahan makanan yang menjadi coklat atau terbakar karena suhu tinggi adalah rusak, contoh: ikan yang digoreng sampai kering, kerak nasi goreng, kerak roti, kerak mata sapi, daging sate yang terbakar.
Baca Juga: Sering Nemu, Apakah Darah pada Telur Ayam Bahaya Jika Termakan? Begini Jawaban dari Ahli