Akhirnya, mereka mengganti buah-buahan tersebut dengan buah nanas yang banyak tumbuh di Indonesia.
Selain karena ketersediaannya yang berlimpah, buah nanas dipilih karena memiliki rasa manis dan asam yang dapat menghasilkan cita rasa seperti buah berry serta apel.
Perkembangan nastar di Indonesia
Menurut Chef Andreas dari Hotel Noormans Semarang, nastar mengalami berbagai modifikasi dalam perkembangannya di Tanah Air, baik isian maupun adonannya.
"Jika di Belanda pie diolah dalam loyang besar, di Indonesia, adonan yang ada dibentuk bulatan kecil agar lebih mudah dikonsumsi. Sekali ambil, bisa langsung habis," kata Andreas.
Pada awal kehadirannya di Indonesia, hanya bangsawan atau priyayi saja yang dapat mencicipi kue nastar.
Akan tetapi, saat ini nastar bisa dikonsumsi oleh siapa saja.
Selain karena proses pembuatannya yang cukup mudah, nastar pun semakin mudah dijumpai di pasaran, terutama menjelang Lebaran Idul Fitri.
Nastar dekat dengan berbagai budaya
Nastar sebenarnya tak hanya lekat dengan momen Idul Fitri saja.
Menurut Chef Andreas, nastar juga sering diolah oleh warga Tionghoa saat mendekati perayaan Imlek.
Baca Juga: Apakah Nanas Madu Bisa Dijadikan Isian Nastar? Begini Penjelasan dari Chef
Alasannya, nastar dianggap sebagai lambang datangnya keberuntungan bagi siapa pun yang mengonsumsinya.
Dalam bahasa Hokian, nastar disebut Ong Lai atau buah pir emas.