Mengenal Wingko Babat, Jajanan Populer di Semarang yang Bisa Dijadikan Oleh-oleh Lebaran

By Amelia Pertamasari, Selasa, 2 April 2024 | 19:23 WIB
Mengenal wingko babat yang sering jadi oleh-oleh. (Freepik)

SajianSedap.com - Indonesia memiliki tradisi mudik yang sangat khas saat menjelang hari raya Idul Fitri.

Mudik menjadi momen yang sangat dinantikan oleh banyak orang di Indonesia karena selain sebagai ajang untuk berkumpul dengan keluarga.

Saat mudik, banyak orang akan berdiam di kampung halaman mereka selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Nah setelah waktu mudik berakhir dan akan kembali ke kampung halaman, biasanya beberapa orang membawa oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Oleh-oleh ini biasanya berupa makanan atau kuliner khas dari kampung halaman mereka.

Satu makanan khas yang populer dijadikan oleh-oleh di Semarang adalah wingko babat.

 Wingko babat adalah kue tradisional yang memiliki cita rasa nikmat dan tekstur yang menarik.

Seperti apa rasanya? Jika Anda tertarik coba ketahui berikut ini selengkapnya tentang kue ini.

Tentang kue wingko babat

Wingko babat adalah kudapan khas Semarang yang manis dan gurih.

Ini karena wingko babat terbuat dari bahan-bahan khas Indonesia seperti kelapa parut, gula pasir, tepung ketan putih, santan, telur ayam, dan daun pandan.

Kue wingko terus berkembang hingga kini memiliki aneka rasa baru seperti rasa kelapa, coklat, durian, nangka, keju, pisang, dan sebagainya.

Baca Juga: Fakta Menarik Ayam Bumbu Anam, 'Opor Ayam' Khas Palembang yang Disajikan Saat Lebaran

Harga terjangkau

Harga wingko babat bervariasi tergantung varian rasa dari Rp3.000 sampai Rp5.000 per pcs.

Anda bisa menemukan beberapa toko oleh-oleh dan penjual wingko babat di Semarang yang tersebar di beberapa kawasa.

Sejarah kue wingko babat

Tak hanya mengenal cita rasanya, Anda juga bisa mengetahui bagaimana sejarah kue ini.

Sejarah telah mencatat bahwa wingko babad pertama kali muncul di Semarang sekitar tahun 1946.

Wingko babad ini pertama kali dibawa oleh seorang wanita bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya, The Ek Tjong (D Mulyono).

Mereka beserta kedua anaknya yang masih kecil-kecil, The Giok Kwie (6 tahun) dan The Gwat Kwie (4 tahun), mengungsi dari Kota Babad ke Kota Semarang sekitar tahun 1944.

Di tengah suasana panas Perang Dunia II, dari Babad yang dilanda huru-hara, mereka datang ke Semarang untuk mencari kehidupan yang lebih aman.

Pada saat mereka datang ke Semarang belum ada orang yang menjual kue wingko.

Maka pada tahun 1946 mulailah Loe Lan Hwa dengan dibantu suami, The Ek Tjong, membuat dan menjual kue wingko di kota Semarang.

Kue wingko tersebut dijajakan dari rumah ke rumah, di samping dititip-jual di sebuah kios sederhana yang menjual makanan di stasiun kereta api Tawang Semarang.

Setiap kereta berhenti, petugas kios menjajakan kue wingko beserta makanan lainnya kepada penumpang di dalam kereta api.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat Di Manado, Perekat Antar Umat Beragam di Utara Sulawesi

Kue wingko buatan Loe Lan Hwa itu ternyata banyak disenangi warga Kota Semarang.

Banyak di antara warga Kota Semarang yang menanyakan nama kue tersebut kepada Loe Lan Hwa.

Maka, untuk memenuhi keingintahuan pembelinya dan sekaligus sebagai kenang-kenangan terhadap kota Babad tempat dia dibesarkan, Loe Lan Hwa menyebut kue buatannya itu sebagai wingko babad.

Kue wingko babad buatan Loe Lan Hwa itu pun semakin terkenal dan dicari banyak orang sebagai oleh-oleh dari Semarang (SN Wargatjie, 2003).

Dari sinilah kemudian orang mengenal kue wingko babad sebagai makanan khas Kota Semarang, walaupun sebenarnya berasal dari Babad, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Baca Juga: Fakta Menarik Ayam Bumbu Anam, 'Opor Ayam' Khas Palembang yang Disajikan Saat Lebaran