Wah, Ternyata Ini Alasannya Mengapa Konsumsi Susu Kental Manis Masih Tinggi

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 4 Juli 2018 | 07:12 WIB
Susu kental manis bukan susu (Tribunnews.com)

-  Permenkes Nomor 15 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi Di Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif

- Permenkes Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Mutu Gizi, Pelabelan dan Periklanan Susu Formula Pertumbuhan dan Formula Pertumbuhan Anak Usia 1-3 Tahun.

BACA JUGA: Sarapan Jadi Tidak Biasa dengan Sushi Nasi Goreng Yang Super Nikmat Ini

Menurut Doddy, Presiden RI juga mengingatkan, selain untuk meningkatkan konsumsi susu nasional, perlu diperhatikan perihal peternakan susu agar kualitasnya baik, sehingga dapat meningkatkan produksi susu dalam negeri dan mengurangi impor dari negara lain.

Selain itu, masyarakat juga perlu memahami tentang tentang makanan terbaik bagi anak sejak lahir, yaitu Air Susu Ibu, dilanjutkan mulai makanan yang adekuat (makanan keluarga) sejak 6 bulan, sambil terus menyusui hingga usia 2 tahun.

“Ingat, selama itu tidak memberikan susu formula. Kecuali ada indikasi medis atau kondisi tertentu,” papar Doddy yang juga menegaskan, untuk usia setelah dua tahun susu merupakan salah satu alternatif sumber protein hewani yang baik sebagai bagian dari gizi seimbang. Tapi ingat, bukan Susu Kental Manis.

BACA JUGA: Gara-Gara Pancake Cone Daging Ini, Si Kecil Pasti Lahap Menyantap Sarapannya

Penting diketahui, pemerintah mempunyai program edukasi gizi melalui pedoman dan pesan gizi seimbang yang termasuk di dalamnya konsumsi sumber protein (dapat berupa susu atau produk susu).

Dalam materi pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), jika seorang bayi dan anak dibawah usia 2 tahun tidak bisa mendapat ASI karena alasan medis tertentu, bayi dan anak tersebut perlu memperoleh donor ASI atau susu pengganti yang cukup dalam menu makanan sehari-harinya.