Masih Cari Dua Anaknya yang Hilang Saat Gempa Palu, Ibu Penjual Es Ini Ceritakan Detik-Detik Laut Mengamuk

By Virny Apriliyanty, Senin, 8 Oktober 2018 | 09:45 WIB
Kisah Perjuangan Hidup Korban Gempa Palu dan gelombang tsunami, Subaini dan Riski, anaknya (KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR )

Yang ia saksikan adalah jasad-jasad yang bergelimpangan, ia tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal. Ia juga tidak ingat apakah di antara yang terbaring ini adalah keluarganya, tetangganya atau teman sesama pedagang.

 

Baca Juga : Berkaca dari Kakak Dea Imut yang Meninggal Karena Hipertensi, Jauhkan Segera Makanan Kesukaan Sejuta Umat Ini!

"Saya sedih, tidak ada anak saya tiga-tiganya," kata Enteng lirih.

Lututnya tiba-tiba lemah, ia sedih sesedih-sedihnya. Gelapnya malam tak bisa menyembunyikan air matanya. Ia menangis sejadi-jadinya di pantai yang porak-poranda.

Namun tangis Enteng seperti tak berarti, karena ada banyak suara minta tolong kesakitan yang menyayat di sepanjang Pantai Talise.

Malam itu Pemerintah Kota Palu telah menjanjikan Festival Pesona Nomoni 2018 yang megah dan meriah, lampu dan kembang api bergoyang bersama musik dan nyanyian.

Kini kemeriahannya berganti dengan lolongan kesakitan tatusan orang dan rasa kehilangan yang sangat.

Baca Juga : Masih Gunakan Piring Melamin? Waspad Bisa Sebabkan Kerusakan Ginjal dan Iritasi Saluran Pernapasan Serius!