Spesial Saji-Sedap, Wajib Coba Enaknya Te.ra.sa, Terasi dari Kacang Polong yang Aman Dikonsumsi Para Vegetarian & Vegan
SajianSedap.com - Inovasi sering kali muncul dari adanya keterbatasan, begitu pula dalam hal makanan.
Berawal dari pertanyaan kecil dalam benak, perempuan asal Yogyakarta, Dewi Novitasari, berhasil mengembangkan terasi berbahan dasar nabati yang ia sebut Vegan Umami Paste.
Kini, terasi nabati yang diberi merek dagang Te.ra.sa ini telah memiliki banyak penggemar, terutama dari kalangan komunitas hidup sehat dan para penganut gaya hidup vegan dan vegetarian.
Sebelum mengembangkan terasi berbahan murni nabati, Dewi Novitasari (36) merupakan salah seorang penggiat gaya hidup sehat yang tinggal di Yogyakarta, terutama melalui makanan yang dikonsumsinya.
Dewi memiliki kedai makannya bernama Little Garden.
DI kedainya, ia menghidangkan beraneka menu makanan sehat. "Little Garden berdiri sejak akhir 2014.
Di awal buka kedai, saya memang sudah menyediakan beragam menu makanan sehat," ujarnya.
Seiring waktu, pada 2015 Little Garden mulai beralih konsep dan hanya menghidangkan makanan khusus vegan saja, dengan konsep memasak bahan makanan dari tanaman.
Ketika Dewi mulai rutin menghidangkan aneka makanan sehat khusus vegan, muncul pertanyaan kecil di dalam benaknya.
"Saya pernah didatangi oleh pakar kuliner William Wongso dan ditanya. Katanya, kalau saya menghidangkan makanan khusus vegan, masakan saya menggunakan terasi apa?" kenang Dewi.
Baca Juga: Going Gado-gado! Easy Recipe for Indonesia’s Very Own Salad
Pertanyaan sederhana itu lantas mengarahkan Dewi pada keinginan untuk mampu membuat terasi yang ramah bagi para vegan, terlebih lagi karena terasi merupakan salah satu bahan masakan yang cukup penting di dalam masakan khas Jawa.
Berbahan Kacang Tolo
Pada 2018 lalu, Dewi mulai mempelajari secara otodidak cara membuat terasi yang aman untuk vegan yang tentu harus berbahan dasar murni nabati.
Ia lantas mencoba berbagai jenis kacang-kacangan sebagai bahan dasar terasinya.
"Ada kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, hingga kacang koro saya coba untuk dijadikan terasi. Tapi semuanya gagal dan tidak ada yang cocok dijadikan bahan dasar terasi nabati," papar Dewi mengisahkan eksperimennya.
Dari hasil percobaanya yang makan waktu selama sekitar 3 bulan, Dewi lantas menemukan bahan kacang tolo yang ternyata hasilnya lebih cocok untuk dijadikan bahan utama terasi nabati, termasuk masa percobaan fermentasi yang pas.
Tepat apda Juni 2018, setelah Dewi merasa masa percobaannya membuahkan hasil yang memuaskan, ia mulai memperkenalkan terasi nabati buatannya dengan merek Te.ra.sa dan berani dipasarkan.
Dewi mengemas Te.ra.sa dalam jar kaca kecil ukuran 110 gram dengan harga jual Rp 50 ribu per jar.
Kendati begitu, Dewi mengakui, oleh karena proses percobaan yang cukup panjang, para calon pembeli yang tertarik mencoba terasi nabati buatannya harus melakukan pemesan terlebih dahulu, minimal 2 bulan sebelumnya.
"Kalau pesanannya di bawah 100 jar, kami ada stoknya. Tapi kalau lebih dari itu, harus pesan dulu," ujarnya.
Terasi nabati olahan Dewi hanya menggunakan 2 bahan utama, yaitu kacang tolo dan garam yang kemudian melalui proses fermentasi selama beberapa bulan hingga menjadi terasi dengan teksur sesuai harapan dan dapat dikonsumsi.
Meskipun tekstur terasinya menyerupai pasta yang sangat kental, namun rasanya dijamin tak jauh berbeda dengan terasi yang terbuat dari udang pada umumnya.
"Penggunaannya juga sama. Bisa untuk sambal atau bumbu masakan Nusantara yang banyak menggunakan terasi," imbuh Dewi.
Kembangkan Petis Nabati
Setelah sukses membuat terasi nabati, Te.ra.sa kini telah menjadi salah satu bahan utama dalam penyajian aneka masakan di kedai Little Garden.
"Aromanya khas dan bisa membuat masakan terasa lebih sedap ketika ditambahkan terasi nabati ini," tambahnya.
Menurut Dewi, di kedai Little Graden saat ini sudah hampir semua menu makanannya dimasak menggunakan terasi nabati sebagai bumbunya.
Sebut saja menu bernama mangut jamur, nasi jagung goreng, nasi goreng, nasi campur, hingga nasi pecel.
"Bahkan saya juga menambahkan terasi nabati ini ke dalam sejumlah masakan barat, seperti pasta," ujar Dewi seraya mengatakan, "Jadi lebih mirip pesto penggunaannya dalam masakan western."
Oleh karena Te.ra.sa mampu bertahan hingga tahunan, terasi nabati kreasi Dewi tak hanya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat penganut gaya hidup vegan dan vegetarian di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya saja.
Bahkan kini sudah banyak yang memesannya dari luar kota hingga luar negeri.
"Banyak juga yang sering pesan dari San Fransisco (AS), Singapura, dan Melbourne (Australia)," ujar Dewi.
Tak hanya sibuk mengirim pesanan Te.ra.sa ke luar kota atau luar negeri saja, Dewi juga kerap mengisi demo memperkenalkan terasi nabati ke banyak komunitas gaya hidup sehat.
"Saya juga pernah diundang ke Jakarta untuk memperkenalkan cara menggunakan terasi nabati ini ke dalam berbagai masakan," tambahnya.
Oh ya, menurut Dewi, saat ini Te.ra.sa juga tengah berencana mengeluarkan produk lain selain terasi, yakni petis nabati yang dibuat dari bahan dasar bawang putih.
"Sedang proses produksi, tapi belum resmi diluncurkan," aku Dewi.
Ia juga menjelaskan, ke depannya akan terus mencari berbagai bumbu khas Indonesia lainnya yang cara pembuatannya difermentasi untuk diracik dan diolah dengan bahan-bahan nabati yang kemudian diluncurkan melalui merek Te.ra.sa. "Sudah pasti menggunakan bahan lokal," tandas Dewi.. (RIZKIE N)
TE.RA.SA
Little Garden
Jl. Mirota No. B5, Tajem, Maguwohargo, Sleman, Yogyakarta
Telp: 0823 3330 5141
Instagram: @te.ra.sa
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR