KABAR BAIK! Walau Korban Terus Bertambah, Ahli Sudah Bisa Prediksi Kapan Virus Corona Akan Lenyap dari Muka Bumi! Sebentar Lagi?
SajianSedap.com - Warga dunia termasuk Indonesia diramaikan berondongan kabar seputar wabah virus corona.
Virus ini diketahui mulai mewabah sejak Januari 2020 hingga penghujung kini.
Bahkan, semakin hari, jumlah korban jiwa akibat virus corona terus bertambah.
Sementara itu, kasus Covid-19 sudah melewati masa puncaknya di Hubei, tempat virus corona pertama kali muncul.
Bahkan, pemerintah Cina sudah mencabut status lockdown di Hubei kecuali di Wuhan.
Dilansir dari Gridhealth.id, beberapa waktu lalu, seorang ahli di China Zhong menyebut wabah virus corona di Cina bisa berakhir.
Ia bahkan memprediksi kapan virus ini akan lenyap dari muka bumi.
Ahli di China Sebut Kapan Virus Corona Berakhir
Ya, Zhong mengatakan kalau virus corona akan selesai pada bulan Juni mendatang.
"Saya menyerukan semua negara untuk mengikuti instruksi WHO dan melakukan intervensi pada skala nasional. Jika semua negara bisa dimobilisasi, virus corona bisa berakhir pada Juni."
Ahli epidemiologi berusia 83 tahun yang terkenal karena membantu memerangi wabah SARS pada 2003 itu, mengatakan virus dalam keluarga yang sama biasanya menjadi kurang aktif di bulan-bulan hangat.
Bulan-bulan hangat, kata Zhong, membantu memperlambat penyebaran virus.
"Perkiraan saya bulan Juni didasarkan pada skenario bahwa semua negara mengambil tindakan positif. Jika beberapa negara tidak melakukan ini, virus akan bertahan lebih lama."
Beberapa industri di Hubei kemungkinan bisa kembali berproduksi, terutama di dua kota dan dua kabupaten.
Ekonomi Hubei didorong oleh manufaktur dan perdagangan, termasuk sektor otomotif yang cukup besar di ibu kota provinsi, Wuhan, yang tutup sejak 23 Januari.
3 Strategi Ampuh Lawan Corona Versi Cina
Dilansir TribunJatim.com dari AFP via Kompas.com, metode Negeri "Panda" memulihkan diri dari Covid-19 bisa dimampatkan dalam tiga strategi.
Berikut penjelasannya:
1. Tutup dan tahan
Pada Januari, Cina secara efektif menutup Wuhan, menempatkan 11 juta penduduknya dalam karantina ketat. Langkah yang kemudian diikuti kota lain di Provinsi Hubei.
Di wilayah lain seantero Cina, pemerintah setempat berkeras melarang warga untuk tidak keluar dan diam saja di rumah.
Ratusan juta warga Cina hidup di lingkungan padat sehingga komite masyarakat setempat bisa berpatroli dan mengawasi mereka.
"Pengurungan berhasil. Dua pekan setelah Wuhan ditutup, yang merupakan masa inkubasi virus corona, jumlah (infeksi) mulai berkurang," kata Sharon Lewin, profesor kedokteran di Uiniversitas Melbourne.
Baca Juga: Bisa untuk Cegah Virus Corona, Lobak Miliki Manfaat Tak Terduga yang Lebih Baik dari Obat!
Social distancing ekstrem dan karantina mandiri sejak saat itu mulai diikuti oleh negara lain di Eropa, termasuk beberapa negara bagian AS.
Studi yang dipaparkan Imperial College London menunjukkan, strategi itu bisa berdampak pada ekonomi dan sosial, baik jangka pendek maupun panjang.
Dalam penelitian yang dipublikasikan, tantangan utama dari cara ini adalah mereka harus dipertahankan setidaknya hingga vaksin siap dalam 18 bulan.
"Jika intervensi sampai dilonggarkan, tingkat penularan maka bakal kembali ke jalurnya," demikian studi dari Imperial College London.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
2. Mobilisasi Massa
Pemerintah pusat bergerak cepat dengan mengerahkan 42.000 dokter dan perawat ke Hubei, untuk membantu tim medis setempat yang mulai kewalahan.
Pakar kesehatan dari Palang Merah Cina juga dikirimkan ke Italia, negara dengan tingkat kematian tertinggi karena Covid-19.
Keputusan Beijing untuk memberangkatkan tim medis itu bukan tanpa korban, jika merujuk kepada angka kementerian kesehatan Maret.
Berdasarkan data itu, lebih dari 3.300 dokter dan perawat positif menderita Covid-19, dengan 13 di antaranya meninggal.
Selain itu, mereka juga melakukan sesuatu yang luar biasa.
Cina membangun rumah sakit dalam rentang waktu dua pekan untuk menampung ribuan pasien virus corona.
Upaya otoritas pusat diperkuat dengan senjata propaganda yang diumumkan berkali-kali, masyarakat diminta hidup higienis dan tinggal di rumah.
3. Masker dan pengecekan
Di kota-kota seantero Cina, penduduk diminta mengenakan masker. Mereka tidak diperbolehkan masuk apartemen atau kantor jika tak memakai masker
"Penggunaan masker secara luas bisa menurunkan penyebaran wabah, terutama bagi mereka yang tidak menunjukkan gejala," kata Zheng Zijie, pakar dari Universitas Peking.
Agensi berita Xinhua melaporkan, selama krisis, Cina bisa memproduksi masker jenis N95 sebanyaj 1,6 juta unit per hari.
Saat ini, masker tersebut adalah senjata yang paling efektif menangkal penyebaran virus meski harus sering diganti.
Kemudian untuk meningkatkan deteksi, pos pemeriksaan suhu tubuh dipasang di setiap pintu masuk toko, bangunan, atau tempat publik.
"Jika suhu tubuh Anda di atas 37,3 derajat Celsius, maka Anda langsung diisolasi," kaga seorang petugas di pintu masuk taman bermain Beijing.
Kemudian, setiap orang diharuskan memindai QE Code di ponsel mereka, untuk mengecek apakah status mereka "hijau", "kuning", atau "merah".
Dengan cara tersebut, pemerintah bisa langsung mengecek apakah yang bersangkutan mempunyai sejarah bepergian ke zona merah.
Pemerintah Negeri "Panda" sudah mengumumkan, pemindaian tersebut bakal dipertahankan untuk beberapa acara, bahkan setelah wabah berakhir.
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Kabar Baik, Ahli di Cina Sebut Virus Corona Bisa Bisa Hilang 3 Bulan Lagi, Simak Penjelasannya
Baca Juga: Belum Selesai Pandemi Corona, Kini Muncul Wabah Baru Bernama Hantavirus! Begini Penjelasan Ahli
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR