Selama ini para ilmuwan disebut lebih menggunakan data-data dari negara yang sudah lebih dulu terjangkit untuk diteliti.
"Nah sedangkan untuk ilmuwan sendiri, scientist sendiri keterbukaan data itu adalah penting untuk menyediakan semacam feedback loop"
"Jadi data-data yang kita selama ini untuk melakukan pencegahan,"
"Diagnosa ini kan banyak menggunakan data-data yang memang sudah dipublikasikan dari China misalnya yang lebih dulu menghadapi pandemi kemudian dari Korea dari Singapura," ujar dia.
Padahal, setiap negara memiliki masalah penyakit penyerta atau penyakit lain di luar Covid-19 yang berbeda-beda.
Seperti di Indonesia di mana tingkat perokoknya cukup tinggi.
"Kan tiap negara unik demografinya unik juga tingkat penyakit-penyakit lainnyak penyakit komordibitasnya, maksudnya tingkat perokok di Indonesia sangat tinggi."
"Kemudian juga penyakit-penyakit lain itu juga kan membutuhkan penanganan khusus sehingga data-data epidemiologi kemudian itu bisa digunakan misalkan terbuka," jelasnya.
Kemudian Beben menjelaskan dengan data yang dibuka maka pemerintah dan ilmuwan bisa bekerja sama untuk menemukan masalah apa yang sebenarnya terjadi pada pasien.
Jika telah ditemukan masalahnya, maka pemerintah dan ilmuwan bisa fokus pada masalah itu.
"Lalu misalkan kerja sama dengan ilmuan yang ada di Indonesia yang banyak maupun orang Indonesia di luar negeri,"
"Kita bisa olah data-data tersebut sehingga kita bisa memberikan rekomendasi kepada klinik oh ternyata data di Indonesia seperti ini, kayaknya bisa lebih fokus ke ini," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Jokowi Minta Data Virus Corona Dibuka Seluas-luasnya, Istana: Kita Harus Akui Ada Keterbatasan
Source | : | Tribunwow.com |
Penulis | : | Siti Afifah |
Editor | : | Siti Afifah |
KOMENTAR