Seorang dokter di Dhaka bernama Anis Ahmed mengaku seperti dipaksa untuk berperang tanpa perlindungan.
Sebab kualitas APD yang diberikan kepada mereka sangat tidak layak.
"Ini lebih seperti jas hujan daripada APD yang tepat," ujar Anis Ahmed.
Disisi lain, Meerjady Sabrina Flora, selaku Direktur Institut Epidemiologi, Pengendalian Penyakit, dan Penelitian Bangladesh, mengakui adanya kekurangan APD "berkualitas".
"Ini bukan masalah unik kami, petugas kesehatan di seluruh dunia sedang menghadapi [krisis] akut APD. Kami mencoba untuk melakukan outsourcing APD berkualitas dari tempat yang berbeda. Beberapa organisasi swasta telah maju untuk menyumbangkan APD," katanya kepada Al Jazeera.
Seiring meningkatnya permintaan APD, beberapa pabrik garmen siap pakai (RMG) mulai memproduksinya.
Bangladesh adalah eksportir RMG terbesar kedua setelah China.
Akan tetapi pabrik RMG hanya dapat memproduksi APD yang tahan bahan kimia, tidak anti debu untuk menghasilkan peralatan tingkat medis.
Menurut indikator pembangunan Bank Dunia, jumlah dokter di Bangladesh per 1.000 orang pada 2017 adalah 0,5 atau yang terendah di dunia.
Artikel Berlanjut Setelah Video di Bawah ini :
Source | : | Gridhealth.id |
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR