Didi Kempot Sempat Kerokan Sebelum Alami Serangan Jantung Tiba-tiba, Benarkah Kerokan Ternyata Bisa Begitu Berbahaya?
SajianSedap.com - Didi Kempot diketahui meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020) lalu.
Kepergian Didi Kempot bisa dibilang sangat mendadak lantaran sebelumnya Ia diketahui masih sehat dan beraktifitas seperti biasa.
Namun takdir tak ada yang tahu, Didi Kempot harus pergi untuk selama-lamanya lantaran serangan jantung.
Sebelumnya, Didi sempat mengeluh demam sampai sesak nafas.
Karenanya, Ia juga meminta sang asisten rumah tangga untuk kerokan badan.
Tak disangka, beberapa saat setelahnya Ia malah meregang nyawa.
Pertanyannya, apa benar kerokan bisa timbulkan efek berbahaya bagi tubuh?
Didi Kempot Sempat Minta Kerokan
Diah, asisten rumah tangga di kediaman Didi Kempot menuturkan pada Senin (4/5/2020) malam, Didi Kempot sempat mengeluh sakit dan sempat minta dikerok istrinya.
Namun, saat Selasa pagi, sakit yang dikeluhkan Didi Kempot belum membaik.
"Kerasanya pas bangun. Tadi malem sempat dikerokin," katanya dilansir Kompas.com.
Saat bangun, Didi Kempot justru merasakan sesak napas.
Karena khawatir pada kondisi Didi, pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit sekitar pukul 7.25 WIB.
"Tiba tiba pas bangun napasnya sesak, setelah itu dibawa ke Rumah sakit," kata Diah.
Namun tak berselang lama setelah mendapat perawatan di rumah sakit itu, Didi Kempot dikabarkan sudah meninggal dunia.
Benarkah Kerokan Berbahaya bagi Tubuh?
Sebagian masyarakat Indonesia, kebiasaan 'kerokan' jika sedang masuk angin mungkin merupakan hal yang perlu dilakukan.
Bahkan ada yang saking kepincutnya dengan pengobatan tradisional ini, memilih lebih baik kerokan daripada minum obat saat masuk angin.
Teknik kerokan ternyata dikenal juga di China dengan nama Gua sha , yang seperti kita tahu adalah mengikis bagian atas kulit kita.
Tujuan sebenarnya adalah untuk melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh kita dengan cara membuat energi atau chi kita mengalir lancar kembali.
Nah, karena bisa melancarkan sirkulasi darah, berbagai macam penyakit ringan hingga berat sekalipun sebenarnya bisa disembuhkan dengan kerokan.
Umumnya, kerokan bisa menyembuhkan otot dan tubuh yang tegang atau terasa sakit. Selain itu, kerokan juga bisa meningkatkan sistem imun tubuh kita.
Namun, kerokan ternyata juga memiliki risiko, lo.
Apa saja? Berikut SajianSedap rangkum dari laman Tribun Style.
1. Menimbulkan kontraksi dini
Jika dilakukan pada ibu hamil, kerokan ternyata bisa menimbulkan kontraksi dini.
Hal ini terjadi ketika zat Cytokines melepas zat Prostaglandin akibat inflamasi setelah melakukan kerokan.
Karenanya ibu hamil diminta untuk menghindari metode penyembuhan satu ini.
2. Memicu risiko stroke
Gesekan yang terjadi antara kulit dan uang logam bisa membuat peredaran pembuluh darah terbuka.
Jika dilakukan terus menerus, peredaran darah yang awalnya kecil bisa melebar.
Dan jika hal ini sudah terjadi, pembuluh darah bisa saja pecah.
Risiko itulah yang membuat bahaya stroke semakin besar.
3. Kulit bisa infeksi
Kerokan menyebabkan pembuluh darah di dekat kulit menjadi pecah, sehingga meninggalkan warna merah atau keunguan.
Saat sedang berwarna kemerahan atau keunguan tersebut, kita harus menjaganya dengan baik.
Kalau tidak, bisa jadi rasa sakit yang cuma kita rasakan. Bahkan, kulit kita bisa bengkak-bengkak, berdarah, dan infeksi, lho!
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Untuk itu, coba kompres bagian yang dikerok dengan es batu sehingga memarnya bisa cepat menghilang.
Pastikan juga untuk selalu mensterilkan barang yang kita gunakan untuk kerokan.
4. Tak cocok untuk semua orang
Kalau kita punya kulit yang tipis, gampang berdarah, punya infeksi kulit, atau meminum obat yang bisa mengencerkan darah, sebaiknya jangan kerokan.
Gejala Sebelum Didi Kempot Meninggal Dunia
Kakak Didi Kempot, Lilik Subagyo juga menuturkan bahwa sang adik memiliki riwayat asma sejak kecil.
"Waktu kecil dulu pas TK ada (riwayat penyakit) asma, pas sudah gede enggak kambuh lagi, normal. Capek, kecapekan sih dia banyak kegiatan," tutur Lilik.
Meski demikian, beberapa kerabat dan keluarganya mengaku bahwa Didi Kempot sempat mengalami sesak napas sebelum akhirnya meninggal dunia.
Menurut penuturan dokter, sesak napas yang dialami mendiang Didi Kempot merupakan dampak dari penyakit jantung yang diderita.
Namun gejala lain sempat dialami Didi Kempot di tengah rekaman lagu barunya bersama Yuni Shara.
Hal ini diungkapkan kakak kandung Didi Kempot saat dihubungi Kompas TV pada Selasa (5/5).
"Saya diajak ke hotel buat rekaman itu. Malamnya dia keluar, bilang mau ke rumah sakit bentar, katanya kakinya bengkak," ucap Lilik.
Beberapa ahli menyebut kaki bengkak merupakan salah satu tanda sakit jantung yang tidak disadari.
Berdasarkan laman Medline Plus, pembengkakan kaki bagian bawah disebut juga dengan edema.
Ketika jantung tidak bekerja juga, aliran darah melambat dan kembali ke pembuluh darah di kaki.
Hal ini menyebabkan cairan menumpuk di jaringan.
Pada penderita penyakit jantung, sering kali terjadi penyempitan pembuluh darah.
Pasokan darah yang buruk ke kaki dapat menyebabkan rasa sakit, pegal-pegal, lelah, terbakar, atau tidak nyaman pada otot-otot kaki, betis, atau paha.
Gejala tersebut biasanya muncul saat berjalan atau berolahraga, dan hilang setelah beberapa menit setelah istirahat.
Kaki orang yang mengalami edema tak hanya membengkak, namun mungkin terasa dingin saat disentuh, dan kulitnya mungkin terlihat pucat.
Ternyata memang kaki bengkak menuntut kita untuk selalu waspada, apabila tidak kunjung sembuh.
Semoga anda selalu dalam keadaan sehat ya di tengah pandemi corona ini.
Tetap jaga imunitas tubuh selama melakukan aktivitas di rumah saja.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Orang ini Saksinya, Didi Kempot Teriak 'Allahu Akbar' dan 'La ilaha illallah' Saat Sakratul Maut
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR