SajianSedap.com - Seberapa sering Anda membersihkan rice cooker di rumah?
Bukan cuma tabung rice cookernya, tapi juga bagian luar dan badan rice cooker.
Pasti jarang, ya ?
Ya, orang Indonesia termasuk jarang membersihkan rice cooker, lo.
Padahal, bagian rice cooker ini ternyata harus sering dibersihkan.
Alasannya karena bisa jadi penyebab nasi bau dan cepat basi.
Selalu Rutin Bersihkan 1 Bagian Rice Cooker Ini
Rice cooker memang terdiri dari banyak komponen.
Tiap komponen itu tentu saja beda kegunaan dan beda cara penggunaannya.
Namun, tahukah kamu kalau ada 1 bagian dari rice cooker yang selalu lupa kita bersihkan?
Padahal bagian ini terlihat dari luar dan mudah dibersihkan, lo.
Coba balik rice cooker dan lihat sebuah wadah tempat air di bagian belakang badan rice cooker.
Bagian ini disebut wadah penampungan uap yang nantinya akan berubah menjadi air.
Jadinya, wadah ini akan menampuang air dari rice cooker terus menerus hingga tak jarang bisa jadi penuh, lo.
Nah, air yang tertampung terlalu lama di penampungan uap air bisa menimbulkan banyak bakteri dan bau tak sedap.
Tak jarang, banyak juga yang sampai jadi kerak menguning, lo.
Karena itu, pastikan memeriksa dan membersihkan tabung penampung uap air rice cooker secara berkala, terutama sebelum memasak nasi.
Baca Juga: Alhamdulillah, Ketemu Juga Cara Masak Nasi Merah Bisa Sepulen Nasi Putih, Kuncinya Ada Pada Air
Tak perlu menunggu penuh, kita bisa membuang airnya seminggu sekali lalu cuci bersih wadah penampungan dengan sabun.
Hal ini bertujuan menjaga kualitas rice cooker sekaligus membuat nasi tetap enak tidak mudah basi.
Pasalnya, penampungan yang kotor bisa membuat nasi jadi berbau tak enak juga, lo.
Berapa Lama Nasi Boleh Didiamkan di Rice Cooker?
Untuk memasak nasi, kini tak perlu repot dengan menggunakan panci karena produsen elektronik memberikan alternatif yakni dengan menggunakan rice cooker.
Dengan menggunakan rice cooker ini juga dapat memanaskan nasi yang belum termakan sehingga bisa disajikan kembali.
Padahal, dilansir dari Smart Kitchen Improvement, Sabtu (6/2/2021), memanaskan kembali nasi dalam jangka waktu tertentu dapat mengembangkan bakteri dan menyebabkan keracunan makanan saat mengonsumsinya.
Lantas, berapa lama bisa menghangatkan nasi di dalam rice cooker?
Rata-rata waktu untuk bisa meninggalkan nasi di dalam rice cooker tanpa pembusukan adalah 11-12 jam.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Baca Juga: Resep Nasi Mentega Sosis, Menu Sarapan Andalan Dari Olahan Nasi Putih yang Gurih
Singkatnya, rata-rata waktu Anda meninggalkan nasi dalam penanak nasi tanpa pembusukan adalah 11-12 jam, namun ada beberapa variabel yang ikut berperan, mari kita selami lebih jauh.
Sebab, beras saat dalam fungsi penghangat biasanya berlangsung selama 11-12 jam, setelah jangka waktu tersebut, mungkin mulai mengembangkan bakteri dan kehilangan rasa.
Beberapa penanak nasi bagus dalam mengawetkan nasi lebih lama dari yang lain.
Hindari membiarkan nasi semalaman di rice cooker Sebaiknya, hindari membiarkan nasi di dalam rice cooker semalaman, karena bisa menyebabkan nasi mulai berubah warna dan kehilangan rasa dan itu pertanda terbentuknya bakteri.
Cara terbaik untuk mengetahui apakah nasi lebih aman dikonsumsi adalah dengan mengambil sedikit nasi dan mencicipinya apakah masih bisa dikonsumsi atau tidak.
Cara terbaik dan aman untuk mengawetkan sisa nasi adalah dengan mematikan penanak nasi 5 jam setelahnya, ambil nasinya dan masukkan ke dalam wadah tertutup dan dinginkan pastikan wadahnya tertutup rapat.
Untuk menjaga nasi tetap enak seperti saat dipanaskan kembali, disarankan tidak menggunakan rice cooker untuk memanaskan kembali, melainkan menggunakan kukusan, ini akan membuat nasi lebih segar dan enak seperti saat Anda memasaknya.
Apakah menghangatkan nasi membunuh bakteri?
Sayangnya, tidak, menghangatkan kembali nasi tidak akan membunuh bakteri jika sudah berkembang lebih jauh, dan tidak ada cara untuk mengetahui apakah nasi tersebut aman untuk dikonsumsi.
Penelitian menunjukkan bahwa menyimpan nasi dan memanaskannya kembali dengan cara yang benar sangat penting untuk mencegahnya menjadi keracunan makanan.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR