SajianSedap.com – Di Indonesia sekarang ini sedang marak penyakit hepatitis akut.
Penyakit hepatitis akut ini menyerang anak-anak.
Sayangnya, penyakit ini sudah memakan korban jiwa.
Hingga sekarang, belum diketahui pasti penyebab dari penyakit mematikan ini.
Namun menurut penuturan ibu dari pasien, ia gemar makan makanan favorit ini.
Karena itu, Anda harus waspada mulai sekarang.
Makanan ini bahkan sering sekali dimakan anak-anak.
Wah apa ya makanannya?
Simak terus ulasannya dalam artikel ini ya Sase Lovers.
Baca Juga: Kaum Menteng, Lesser-Known Traditional Foods From Rural Indonesia Get Spotlight They Deserve
Korban Meninggal Hepatitis Akut Gemar Makan Mi Instan
Salah satu pasien probable hepatitis akut usia 8 tahun meninggal dunia.
Almarhumah berasal dari Tamansari, Jakarta Barat.
Anak kecil malang tersebut meninggal dunia setelah mendapat perawatan selama dua hari di RSCM Jakarta pada 19 April 2022.
Ibu korban, Titi Nurhayati (27) mengatakan awalnya anaknya itu mengalami sakit kuning sejak tanggal 12 April 2022.
"Dia emang anaknya aktif aja ya dan kuningnya itu dia udah lama, cuma penyebabnya itu dari awal kalo untuk muntah dia engga, untuk BAB dia juga engga, kita taunya dia kuning dan ngeluh perut sakit," ujarnya dilansir dari Poskota.co.id (12/05/2022).
Setelah itu, Titi mencoba membawa anaknya tersebut ke klinik.
Di sana dia tidak diberitahu secara detail sakit apa yang diderita anaknya dan hanya diberikan obat.
Saat itu, dokter menyarankan agar segera dibawa ke rumah sakit untuk cek darah jika BAB masih terus kencang dan obat sudah habis diminum.
Hingga obat yang diresepkan habis, kondisi anaknya tidak ada perbaikan.
Anaknya tetap terlihat kuning.
"Ga ada kesembuhan apa-apa di bawa ke klinik, anak saya masih begitu aja masih kuning dan akhirnya saya bawa ke Puskesmas. Dari Puskesmas sama dokter cuma dikontrol sebentar tau-tau langsung dapat rujukan karena kondisi anaknya bener-bener udah parah, udah lemes banget," jelas Titi.
Titi baru tahu anaknya hepatitis akut dari pihak RSCM. "Kata pihak RSCM Hepatitis Akut. Itu sekitar tanggal 17 April masuk ke RSCM," ungkapnya.
Mengenai hal ini, Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Arum Ambarsari mengatakan, pasien tersebut baru dinyatakan probable hepatitis akut beberapa waktu setelah meninggal.
Sebelum meninggal dunia, pasien anak tersebut sempat menerima perawatan. Saat itu, pasien dilaporkan mengalami gejala mual hingga kulit menguning.
"Awalnya demam dan mual muntah. Kemudian diare, lalu mulai (mata dan kulit) kuning dan turun kesadaran," jelas Arum, dilansir dari Kompas.com (12/05/2022).
Apa yang dipaparkan Titi juga diutarakan Arum. "Pasien tersebut sakit di tanggal 5 April 2022, lalu dirujuk ke RSUD Sawah Besar pada 15 April 2022, kemudian dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo pada 17 April 2022. Dua hari kemudian dinyatakan meninggal dunia," jelas Arum.
Pihak rumah sakit pun melaporkan keadaan pasien anak tersebut.
Artikel berlanjut setelah video berikut.
"Diketahui setelah meninggal melalui laporan dari pihak rumah sakit, bahwa ada kasus hepatitis berat seperti di negara-negara lain yang melaporkan," jelas Arum.
Atas laporan tersebut, Arum melanjutkan, Sudinkes Jakarta Barat menelusuri dugaan kasus tersebut.
"Kemudian kami melakukan investigasi ke rumah pasien, lalu lakukan penyelidikan epidemiologi, termasuk menggali riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Kami juga meneliti faktor lingkungan yang menyebabkan risiko terjadinya hepatitis akut," jelas Arum.
Selain itu, Sudinkes Jakarta Barat juga melakukan edukasi dan sosialisasi di lingkungan sekitar rumah pasien dan dalam skala yang lebih luas.
Mengenai anaknya semasa hidup, Titi menjelaskan, dikutip dari Poskita.co,id (12/05/2022), semasa hidup anaknya suka Makan Mie Instan dan minuman bersoda.
"Dia makan mie nya itu kuat banget itu. Pagi makan indomie. Sama minum yang soda itu kuat banget," kata Titi.
Meskipun belum pasti, namun mie instan memang tidak baik bagi tubuh.
Apalagi jika dimakan terus menerus.
Apa saja bahayanya?
Bahaya Sering Makan Mie Instan
Mengutip Tribunnews.com, mie instan merupakan makanan cepat saji yang memiliki kandungan nutrisi tidak selengkap makanan sehat.
Mie instan juga mengandung lemak trans, yang mana akan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah.
Kondisi tersebut bisa memicu penumpukan atau tersumbatnya pembuluh darah, ini biasanya disebut arteokleorsis.
Hal ini bisa memicu penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, serangan jantung, dan serangan stroke.
Makan mie instan berlebihan saja sudah tidak baik, apalagi kalau dicampur dengan nasi, kan?
Kebiasaan tersebut akan sangat berbahaya.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, ahli penyakit dalam Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, menjelaskan kalau mie dan nasi sama-sama mengandung karbohidrat sehingga kalorinya sangat tinggi jika dikonsumsi bersamaan.
Apabila sering dilakukan, tentu hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan.
Artikel berlanjut setelah video berikut.
Ternyata dalam 100 gram nasi putih (sekitar 1 centong nasi) mengandung sekitar 152 kalori.
Sementara itu, satu bungkus mie instan mengandung sekitar 350 kalori.
Apabila kita konsumsi bersama, tentu asupan kalori yang kita terima dalam satu kali makan mencapai 500 kalori.
Nah, kalori berlebihan akan disimpan sebagai lemak oleh tubuh, lama-kelamaan bisa memicu obesitas.
Parahnya, asupan kalori yang tinggi akan menyebabkan stres pada tubuh, loh.
Kemudian, makanan berkalori tinggi juga biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi.
Kandungan tersebut akan meningkatkan faktor risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.
Satu bungkus mie instan mengandung sekitar 40 gram karbohidrat dan satu centong nasi putih mengandung sekitar 38 gram karbohidrat.
Apabila dikonsumsi bersamaan, jumlah tersebut juga tergolong tinggi dan akan menghasilkan kalori yang efeknya bisa meningkatkan risiko memicu penyakit arteri koroner hingga diabetes.
Artikel ini pernah tayang di Grid Health dengan judul Anak 8 Tahun Meningal Probable Hepatitis Akut, Suka Makan Mi Instan dan Minun Soda
Penulis | : | Laksmi Pradipta Amaranggana |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR