SajianSedap.com - Kentang adalah salah satu sumber karbohidrat yang cukup digemari sebagai pengganti nasi.
Jenis umbi-umbian ini mudah diolah menjadi menu pembuka, utama, maupun penutup yang tentu saja lezat.
Sehingga tak sedikit orang rutin mengonsumsi kentang untuk makanan sehari-hari.
Karena kebutuhan konsumsi ini, tak sedikit ibu rumah tangga yang menjadikan stok bahan makanan di rumah.
Biasanya kentang disimpan dalam keadaan kupas bahkan dipotong-potong untuk memudahkan mengolah keesokannya.
Sayangnya penyimpanan kentang kupas ini tak bisa sembarangan. Sebab penyimpanan kentang kupas atau potong yang menggunakan kulkas justru bisa berbahaya.
Apa bahayanya? Simak berikut ini.
Diketahui bahwa kentang yang disimpan di dalam kulkas dulu sebelum diolah, kadar akrilamida-nya semakin tinggi.
Untuk diketahui, akrilamida adalah senyawa yang terbentuk saat memasak makanan menggunakan suhu di atas 120 derajat Celcius.
Akrilamida dalam jumlah berlebih dikaitkan dengan risiko kanker walau riset lanjutan masih diperlukan.
Benarkah kentang yang disimpan di dalam kulkas akan meningkatkan akrilamida?
Dosen teknologi pangan di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Rianita Pramitasari membenarkan bahwa kentang yang sudah dipotong-potong kemudian dimasukkan ke dalam kulkas bisa meningkatkan kadar akrilamida.
Dia menjelaskan, ketika kentang disimpan dalam suhu dingin, kandungan gula reduksinya akan meningkat.
Hal yang perlu diketahui, akrilamida itu merupakan senyawa yang terbentuk akibat reaksi antara gula reduksi dan salah satu asam amino yaitu asparagina dalam kondisi pemanasan seperti digoreng, dipanggang, atau dibakar.
"Nah, ketika kentang disimpan di suhu dingin (membuat) gula reduksinya meningkat. Otomatis ketika dia (kentang) digoreng maka akrilamida-nya akan meningkat," kata Rianita kepada Kompas.com, Kamis (17/6/2021).
Dikatan Rianita, ketika seseorang mengonsumsi makanan dengan kandungan akrilamida yang tinggi akan berisiko menyebabkan kanker.
"Efek buruk konsumsi akrilamida itu, kalau terakumulasi lama-lama menyebabkan kanker. Itu sifatnya karsinogenik," ungkap dia.
Perlu diketahui, istilah karsinogen berkaitan erat dengan kanker. Sederhananya, karsinogen adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan kanker.
Sedangkan karsinogenik adalah sifat dari aktivitas zat tersebut untuk memicu pertumbuhan kanker.
Memang banyak orang yang menyimpan kentang di suhu dingin dengan alasan agar ketika digoreng ada tekstur renyah di luar tapi masih lembut di bagian dalamnya.
Untuk mendapatkan tekstur seperti ini, kata Rianita, memang caranya hanya dengan dibekukan.
"Jadi kita mau yang enak atau yang sehat, itu pilihannya," ungkap dia sambil tertawa.
Rianita memberi saran, kentang yang belum dikupas kulitnya cukup disimpan di suhu ruang. Sementara jika sudah dikupas, otomatis harus masuk ke suhu dingin.
Jika ingin memasak atau digunakan, sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar kadar akrilamida-nya tidak tinggi.
"Kalau dari penelitian yang pernah saya baca juga, sebenarnya ada beberapa cara," kata Rianita.
"Bisa direndam dulu. Jadi waktu kentangnya sudah dikupas, dipotong-potong (dari kulkas), sebelum digoreng direndam dulu pakai air itu sudah bisa mengurangi kandungan gula reduksinya," imbuh dia.
Untuk merendam kentang yang baru keluar dari kulkas, menurut penelitian, disarankan sampai 90 menit.
"Direndamnya tapi harus dalam waktu yang tepat, kira-kira sekitar 90 menit itu bisa mengurangi (kadar gula reduksi) sampai 30 persen. Ini berdasarkan penelitian yang saya baca ya," sambungnya.
Menurut penelitian yang dilakukan sejauh ini, hanya kentang yang dapat meningkatkan kadar akrilamida setelah disimpan di suhu dingin.
Namun Rianita menekankan, karena akrilamida terbentuk akibat reaksi antara gula reduksi dan asparagina, bahan makanan lain yang mengandung kedua senyawa itu juga berpotensi meningkatkan kadar akrilamida.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jangan Simpan Kentang yang Sudah Dipotong di Kulkas, Ini Bahayanya
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR