Mantan Presiden Soekarno disebut sebagai orang yang memerintahkan PT Pos Indonesia untuk membuat prangko itu.
Sejak saat itu, prangko terus digunakan Pemerintah RI sebagai simbol perjuangan dan penanda sejarah.
Misalnya, prangko yang terbit pada 1 Desember 1946 di Yogyakarta dibuat untuk menunjukkan kedaulatan RI yang saat itu terancam direbut kembali oleh Belanda.
Ada pula prangko Konferensi Asia Afrika yang diterbitkan bersamaan dengan KAA di Bandung, Jawa Barat, pada April 1955.
Prangko bergambar bola dunia dan peta wilayah Asia-Afrika itu penanda dimulainya perlawanan negara-negara terhadap imperialisme di dunia.
Yati Supriati selaku Staf Pelaksana Museum Pos mengatakan semua perangko yang ada dirawat secara khusus sehingga perangko tetap tampak baru.
"Cara perawatan kertas yaitu dengan laminasi dan diberikan ruang udara di dalam supaya tidak pudar," ujar Yati di Jalan Cilaki No 73 pada Rabu (5/7/2017).
Yati menambahkan Museum Pos bekerja sama dengan Museum Nasional belajar bagaimana merawat kertas untuk perangko karena kemungkinan kertasnya semakin lama akan semakin lapuk.
"Menggunakan kertas opp baru dilaminasi sehingga koleksi tetap utuh," jelasnya.
Museum Pos Indonesia mengoleksi perangko dari beragam negara yang disusun sesuai abjad.
Perangko Indonesia disusun berdasarkan seri yang pada waktu itu dikeluarkan seperti seri pariwisata, seri pramuka, seri Konferensi Pata, seri kebudayaan Indonesia dan masih banyak lagi.
KOMENTAR