SajianSedap.com - Kolektor uang-uang kuno memang unik.
Mereka rela mengeluarkan uang dengan jumlah fantastis demi mendapatkan uang kuno yang mereka inginkan.
Makanya, menyimpan uang kuno disebut menjadi investasi di masa sekarang ini.
Tak percaya?
Buktinya saja, ada uang seribu rupiah yang dijual dengan harga Rp. 100 juta per lembar.
Uang seribu yang manakah itu?
Langsung simak, yuk.
Uang merupakan benda mati yang begitu dicari-cari oleh manusia. Bahkan mereka rela mati-matian demi kertas atau logam yang bernama uang itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.
Namun menurut pemikiran sebagian orang, uang adalah segala penentu kebahagian hidup di dunia. Tapi tahukah Anda uang yang ada saat ini bisa mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi dari nominal aslinya di masa mendatang?
Di Indonesia sendiri pencetakan dan penyebaran uang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011.
Lembaga yang berwenang untuk mengurusi uang itu tidak lain adalah Bank Indonesia.
Belum lama ini Bank Indonesia juga mencetak uang dengan desain baru, baik itu untuk bahan kertas maupun logam.
Di antaranya adalah pecahan seribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, dan seratus ribu rupiah.
Kehadiran uang desain baru membuat uang lama terlupakan. Tapi karena dilupakan itulah yang membuat uang lama mempunyai nilai tinggi.
Di bawah ini terdapat enam pecahan uang rupiah lama yang mempunyai harga jual paling tinggi di situs jual beli online atau e-commerce.
Ternyata uang kuno yang termahal dipegang oleh Uang Kertas Rp 1.000 Gulden yang terbit pada tahun 1933-1939.
Memiliki desain wayang di dalamnya, uang kertas Rp 1.000 gulden ini menjadi uang kuno Indonesia termahal.
Mengintip Isi Buku "Cabai Kering pada Khazanah Masakan Melayu", Ada Resep Sambal Bilis hingga Otak-otak
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR