Ia pun memutuskan untuk membuka usaha. Mengelola kantin, hingga membuka jasa kredit pernah dijalaninya. Semuanya berakhir kurang lancar. “Akhirnya saya putuskan untuk mengikuti kursus masak dan kue di Jakarta, Bogor, dan Bandung karena saya yakin lebih baik merintis usaha sendiri ketimbang bekerja di Jakarta,” tutur ibu dua anak ini penuh keyakinan.
Yanthi mencoba membuat aneka cokelat praline dari hasil kursus yang diikutinya. Idenya timbul
ketika melihat banyak sekali sekolah di Bogor yang berpotensi sebagai pasar cokelat praline. Dengan modal Rp 500 ribu, ia mulai membuat permen cokelat dan dijajakan dari sekolah ke sekolah.
Perlahan kualitas dan rasanya memikat semakin banyak orang. Bahkan kalangan restoran dan toko oleh-oleh di Bogor pun mulai ikut meliriknya. Dari usaha permen cokelat, Yanthi mulai merambah produk cokelat bar atau cokelat batangan. “Saya ingin kita punya cokelat rasa Indonesia. Saya coba bikin dengan aneka kacang, dan aneka rempah seperti jahe. Bahkan saya juga membuat cokelat batangan bebas gula,” paparnya.
Desain kemasan yang mengangkat motif batik dari berbagai daerah pun semakin membuat produk Waroeng Cokelat punya kelas tersendiri. Mal besar, bandara, hingga supermarket khusus makanan Jepang Papaya pun ikut menawarkan cokelat kebanggaan Bogor ini.
Kini Yanthi dibantu 30-an karyawan tambahan saat menjelang Lebaran. Dari setiap stoples yang
dihasilkan, karyawan dari kalangan anak yatim ini memperoleh Rp 3.500 - Rp 4.000. Mereka rata-rata mampu menghasilkan 2 - 4 lusin stoples per hari. Sementara khusus produksi cokelat batangan, Yanthi memiliki 4 karyawan yang membantunya.
Harga cokelat batangan dibanderol mulai dari Rp 22 ribu - Rp 28 ribu. Sementara harga kue
kering rata-rata dipatok dengan harga Rp 55 ribu per stoples. Nah, Anda siap menikmati menu serba cokelat?
Alamat :
Jl Anggada I No 11 Indrapasta, Bogor Utara
Telp (0251) 8378423
Hp 0856 124 6562
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
KOMENTAR