SajianSedap.com - Siapa yang suka tempe mendoan?
Saat membeli gorengan, tempe mendoan tentu saja tak boleh terlupakan.
Tekstur tempe mendoan yang empuk dimasak setengah matang buat kita ketagihan.
Ya, biasanya gorengan tempe dimasak sampai kering, tapi tempe mendoan ini sengaja digoreng setengah dan telah menjadi ciri khasnya.
Harga tempe mendoan pun tak buat dompet jebol, nih.
Kalau beli di abang pinggir jalan, tempe mendoan ini dihargai Rp 3000 sampai 5000 rupiah.
Sering dibeli, tapi belum banyak yang tahu sejarah dari tempe mendoan, nih.
Mari simak ulasan tentang sejarah tempe mendoan yang harus kita tahu.
Diketahui bahwa tempe mendoan berasal dari Banyumas.
Ini merupakan makanan olahan dari fermentasi atau peragian dari kacang kedelai (soybean cake).
Tempe kemudian dilumuri dengan bumbu dan tepung, tak lupa dicampurkan irisan daun bawang.
Lalu digoreng sebentar dalam minyak panas.
Tempe mendoan disajikan panas-panas ditemani cabe rawit hijau dan atau sambal kecap manis.
Namun di balik ciri khasnya yang unik, bukan tanpa alasan tempe mendoan digoreng setengah matang, loh.
Melansir dari Kompas.com, dari namanya sendiri "mendoan" berasal dari teknik masaknya.
Dalam bahasa Jawa Banyumas mendo memiliki arti setengah matang.
Maka mendoan adalah asli Banyumas ditilik dari cara membuat dan memasaknya, serta penamaan bahasanya.
Mendoan digoreng setengah matang karena dulunya dibuat sebagai olahan cepat saji.
Hal ini bertujuan untuk mempersingkat waktu pembuatan dan tidak menghabiskan waktu untuk menunggu tempe goreng menjadi sangat kering.
Mendoan muncul bersamaan dengan tempe yang merupakan makanan berbahan baku kedelai yang banyak tumbuh di seputar Asia Tengah wilayah China dan Indocina.
Lalu kedelai dibawa oleh masyarakat Asia Tengah ketika bermigrasi ke tenggara.
Makanan ini bukan sekadar kudapan nikmat untuk menemani minum teh, tetapi juga sebagai ujung tombak pariwisata Kabupaten Banyumas.
Mendoan juga sudah lama disantap oleh masyarakat Banyumas.
Makanan khas Banyumas tersebut ternyata sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu.
Namun mulai menjadi komuditas ekonomis dan dikelola secara komersial dalam dunia kepariwisataan sejak awal 1960-an.
Hal ini bersamaan dengan munculnya pusat oleh-oleh sawangan dan kripik Nyoya Sutrisno yang mengolah bentuk lain dari mendoan yang kering atau disebut dengan nama kripik.
Orang Banyumas bisa diumpamakan seperti mendoan yang lemas fleksibel mudah menyesuaikan diri.
Namun, dalam keadaan yang mendesak bisa menjadi kaku seperti kripik yang bila diajak berselisih ibarat mau diajak remuk bersama.
Filosofi ini dikaitkan dengan tekat pada pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.
Terbukti dari orang Banyumas zaman dulu banyak yang menjadi tokoh di dunia diplomasi dan kemiliteran.
Seperti Jenderal Soedirman, Soesilo Soedarman, Soepardjo Reostam, dan lain-lain.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Tempe Mendoan, Gorengan Setengah Matang Asal Banyumas".
KOMENTAR