SajianSedap.com - Terjangkau dan banyak varian, siapa yang tidak senang.
Itulah dua hal yang menggambarkan ikan asin.
Lauk ini sendiri memang jadi salah satu makanan favorit di Indonesia.
Ditemani dengan sambal dan nasi putih hangat sudah langsung bikin siapapun tergoda.
Ditambah lagi untuk mendapatkannya tidak perlu ke pasar, terkadang warung dekat rumah atau pedagang sayur keliling sudah banyak yang menjajakan aneka ikan asin.
Ikan yang diawetkan ini memang mudah untuk diolah.
Tapi kalau tidak waspada saat membelinya justru bisa membuat rugi.
Ditambah lagi kian banyak oknum yang menambahkan bahan-bahan kimiawi dalam barang dagangannya.
Salah satunya adalah menambahkan formalin.
Maka dari itu, penting teliti memperhatikan hal-hal berikut saat membeli ikan asin.
Termasuk soal lalat yang hinggap.
Baca Juga: Resep Nasi Goreng Ikan Asin, Menu Sarapan Simple Dengan Rasa Super Gurih
Melansir beragam sumber, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli ikan asin.
Ikan asin dengan kualitas baik biasanya memiliki aroma yang menyengat dan kurang sedap.
Sedangkan ikan asin berformalin cenderung tidak memiliki aroma.
Ikan asin yang memiliki kualitas baik biasanya mudah hancur jika disentuh.
Berbeda dengan ikan yang berformalin, biasanya ikan asin yang berformalin mempunyai tekstur cenderung keras dan alot.
Ikan asin yang memiliki kualitas baik biasanya memiliki bentuk dann warna yang tidak menarik.
Sedangkan ikan asin dengan warna cenderung putih pucat biasanya sudah dicampur dengan formalin atau bahan pemutih.
Semakain tebal dagingnya, ikan asin akan semakin mahal harganya.
Tapi, daging yang tebal ini menunjukkan kalau ikan asin dibuat dari ikan berkualitas baik.
Untuk teri nasi, pilih juga yang ukurannya lebih besar.
Teri nasi yang terlalu kecil lebih ringkih sehingga lebih mungkin hancur saat diolah.
Apabila Anda membeli ikan asin dalam waktu yang cukup lama, namun ikan asin tersebut masih juga belum busuk, maka itu artinya ikan asin tersebut diberi bahan pengawet.
Kadang niat membeli ikan asin di pasar tradisional urung saat melihat ada satu atau dua lalat hinggap di atasnya.
Padahal sebenarnya kamu tidak perlu terlalu khawatir.
Biasanya, lalat hinggap karena mencium aroma khas dari ikan asin.
Berbeda dengan ikan asin yang bebas dari lalat, ini bisa jadi kalau ikan asin tersebut sudah dicampur zat berbahaya seperti formalin.
Mengutip FAO, daging ikan umumnya mengandung 74-80 persen air dan ikan berlemak 60-65 persen.
Selama pengasinan untuk membuat ikan asin, air tersebut dihilangkan dan digantikan dengan garam.
Batasan kebutuhan garam setiap orang per harinya ditetapkan Kementerian Kesehatan 5 gram (1 sendok teh).
Mengutip Kementerian Kesehatan, tingginya jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan tubuh.
Masuknya cairan ke dalam sel akan mengecilkan diameter pembuluh darah arteri, sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang berakibat tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi berpengaruh pada peningkatan kerja jantung, yang akhirnya akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Mengutip Food Navigator, sebuah penelitian dengan hampir 80.000 pria dan wanita menunjukkan bahwa makan makanan asin, seperti ikan asin, dikaitkan dengan 15 persen peningkatan total kanker.
Sementera, asupan natrium yang tinggi dikaitkan dengan 20 persen peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (CVD), temuan yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition.
"Temuan kami mendukung gagasan bahwa natrium dan makanan asin memiliki pengaruh berbeda pada perkembangan kanker dan CVD," ujar para peneliti yang dipimpin oleh Manami Inoue dari National Cancer Center di Tokyo.
KOMENTAR