Beliau kemudian memerintahkan juru masak istana untuk membuat dan menguji coba resep masakan berbahan daging kambing, seperti yang beliau cicipi di kota Rabiq.
Setelah sang juru masak berhasil menerjemahkan cita rasa masakan berbahan daging kambing seperti yang sebutkan oleh sang sultan, ternyata sang sultan menyukai hasil masakannya, meskipun tidak 100 persen sama.
Sayangnya, sang sultan tidak mengetahui dan tiak mengingat betul nama asli dari masakan khas dari kota Rabiq tersebut.
Namun saking terkesannya dengan masakan berbahan daging kambing yang mampu diterjemahkan oleh sang chef istana, sang sultan akhirnya menamai masakan tersbut dengan sebutan “rabeg”.
Bisa jadi penyebutan kata “rabeg” ini merupakan sebutan dari nama kota Rabiq, dengan aksen Bahasa daerah Banten, kampung halaman Sultan Maulana.
Baca Juga: RABEG SAPI
SAJIAN TRADISIONAL KHAS BANTEN
Nah, sejak saat itulah hidangan khas yang aslinya dari kawasan Timur Tengah itu pun menjadi hidangan wajib yang selalu dihadirkan di istana, bahkan secara turun temurun.
Juru masak istana bisa jadi menerjemahkan hidangan khas kota Rabiq yang berbahan dasar daging kambing ini dengan memasaknya menggunakan bumbu-bumbu tradisional Indonesia yang lebih mudah didapat di area Banten.
Seiring waktu, masakan yang kemudian semakin populer disebut rabeg ini pun dikenal oleh masyarakat kebanyakan di wilayah Banten di luar istana, sebagai sajian spesial.
Tak heran jika kemudian, rabeg kini semakin lekat dikenal sebagai kuliner tradisional khas daerah Banten dan sekitarnya.
Oleh karena kelezatannya dan popularitasnya yang semakin meluas, di daerah Banten pun kini semakin banyak pengusaha kuliner lokal yang menjadikan rabeg sebagai menu utama di rumah-rumah makan.
Bahkan sebagian warga Banten kerap menjadikannya hidangan yang wajib ada di setiap Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.
Baca Juga: Trik Membuat Daging Empuk dalam 5 Menit, Sekarang Tidak akan Boros Gas Kalau Pakai Cara ini
Source | : | istimewa |
Penulis | : | Intan Yusan S |
Editor | : | Intan Yusan S |
KOMENTAR