SajianSedap.com - Makanan satu ini memang kerap jadi pilihan, terutama saat makan malam.
Pasalnya sebagian besar penjual sate ayam Madura keluar saat sore hari.
Pun buka hingga larut malam.
Aroma bakar yang khas tentu membuat Anda tak bisa menolah kenikmatan dari sate ayam Madura.
Rasa manis dan gurihnya, dipadukan dengan daging ayam serta sambal kacang yang khas tentu menambah selera makan.
Namun, meski jadi makanan favorit sejuta umat, nyatanya tak banyak yang tahu mengenai asal-usul sate ayam Madura loh.
Baca Juga: Sebelum jadi Camilan Favorit Se-Indonesia, Ternyata ini Nama Asli dari Martabak Manis
Dari cerita tutur, sate ayam madura berasal dari cerita Arya Panoleh dan Batara Katong.
Diceritakan Arya Panoleh penguasa Sumanep berkunjung ke tempat sang kakak, Batara Katong yang berkuasa di Ponorogo.
Saat tiba di Ponorogo, Arya Panoleh disuguhi makanan berbahan daging yang ditusuk dengan lidi dan dibumbui.
Arya Panoleh sempat menolak karena tak pernah menikmati hidangan tersebut.
Sang kakak lalu mengatakan jika makanan tersebut biasa dimakan pendekar Ponorogo.
Akhirnya dia dan rombongan pun bersedia makan roncean daging yang berbumbu.
Tak hanya makanan yang diadopsi oleh Arya Panoleh saat berkunjung ke Sumenap.
Ia juga mengadopsi selompret pada musik reyog yang dikenal oleh warga Sumenep dengan saronen.
Termasuk juga pakaian warok yang serba hitam dan kaos bergaris-garis yang juga menjadi ciri khas orang Madura.
Awalnya sate dengan tusuk lidi hanya ditemukan di Sumenep sebelum akhirnya menyebar ke dataran Pulau Madura.
Elly Iasmanawati dari Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pendidikan Tekhnologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia menulis ciri dari sate madura.
Baca Juga: Asal-usul Ayam Betutu, Sajian Kaya Rempah Khas Bali yang Mendunia
Ia menyebut sate khas Madura terbuat dari daging ayam dan kambing.
Pejual sate kambing biasanya ditandai dengan menggantung kaki belakang kambing di tempat mereka berjualan.
Untuk bumbunya adalah menggunakan kacang tanah yang ditumbuk halus dengan petis dan sedikit bawang merah.
Untuk memanggang, mereka menggunakan api dari batok kelapa yang dihanguskan lebih dulu yang disebut dengan arang batok kelapa.
Sementara itu dikutip dari medium.com, kata sate atau satai berasal dari bahasa Tamil.
Pada abad ke-19, diduga sate diciptakan pertama kali oleh pedagang makanan jalanan di Jawa.
Saat itu banyak pendatang dari Arab dan pendatang muslim Tamil dan Gujarat dari India yang datang ke Indonesia.
Saat Idul Adha, banyak daging hewan kurban dan kebanyakan dari warga keturunan memanggang sate bersama-sama untuk merayakan hari raya.
Namun teori lain menyebutkan jika kata sate berasal dari istilah Minnan-Tionghoa yakni sa tae bak yang berarti tiga potong daging.
Namun teori ini diragukan karena secara tradisional, sate di Nusantara terdiri dari empat potong bukan tiga potong.
Sate pun menyebar ke pelosok Nusantara, Pada akhir abad ke-19, disebutkan para perantau Jawa dan Madura menyeberangi Selat Malaka dan menyeberangi Malaysia hingga Singapura.
Baca Juga: Asal-usul Ayam Betutu, Sajian Kaya Rempah Khas Bali yang Mendunia
Saat pendatang Melayu di Hindia Belanda pindah ke Afrika Selatan, maka sate pun ikut menyebar.
Di Afrika Selatan sate dikenal dengan sosatie.
Sate sangat melekat pada masyarakat Madura.
Menurut Kadarisman Sastrodiwirjo selaku Pensiunan Peneliti Balitbang Provinsi Jawa Timur ada filosofi di balik sepiring sate madura.
“Karena tanah di Madura gersang. Maka masyarakatnya memanfaatkan bahan pangan hewani. Sebab kalau menanam sayur tanah di Madura sukar untuk tumbuh subur,” jelas Kadarisman Sastrodiwirjo dikutip dari Kompas.com.
Kondisi tanahnya yang gersang, masyarakat Madura lebih memilih menyantap hewan ternak dan ikan laut.
Sehingga, hewan ternak seperti kambing, sapi, dan ayam banyak diolah menjadi sajian khas daerah setempat.
Salah satunya diolah menjadi sate.
Ia mengatakan filosofi sate madura adalah menyatukan setiap elemen dan disatukan menjadi satu.
“Menusuk daging menjadi satu bisa dikatakan sebagai menyatukan berbahai elemen sebagai sebuah satu kesatuan,” paparnya.
Sate pun menjadi sajian yang sangat akrab bagi masyarakat Madura.
Bahkan saat masyarakat Madura merantau ke daerah lain, maka akan memilih menjual makanan yang dekat mereka yakni sate.
Baca Juga: Sejarah Spekkoek atau Roti Lapis Legit, Terkenal Tapi Ternyata Bukan Asli dari Indonesia
Cara Menggoreng Martabak Tahu Tidak Menyerap Minyak, Cocok Untuk Takjil Buka Puasa
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | optimization |
KOMENTAR