Kemudian pada hari perayaan, gunungan-gunungan tersebut akan diusung oleh para abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo.
Pagi-pagi sekali, semua gunungan tersebut sudah disiapkan di emper Bangsal Pancaniti, Plataran Kamandhungan Lor atau yang biasa dikenal Plataran Keben.
Delapan Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta akan keluar dari Pracimasana dengan urutan Bregada Wirabraja, Bregada Dhaeng, Bregada Patangpuluh, Bregada Jagakarya, Bregada Prawiratama, Bregada Nyutra, dan Bregada Ketanggung.
Di Plataran Kamandhungan Lor juga telah bersiap dua bregada prajurit keraton yang bertugas mengawal gunungan ke Masjid Gedhe dan Kepatihan, yaitu Bregada Surakarsa dan Bregada Bugis.
Selain kedua bregada tersebut, hadir pula dua bregada dari Pakualaman, yaitu Bregada Lombok Abang dan Bregada Plangkir.
Dari tempat tersebut, gunungan digotong oleh narakarya (tenaga angkut) yang mendapat tugas secara bergilir dari daerah-daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gunungan akan diarak dari Alun-alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju ke Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.
Gunungan yang telah diserahterimakan dan didoakan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat.
Dengan dibagikannya seluruh gunungan kepada masyarakat, maka berakhirlah upacara Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Grebeg Syawal, Tradisi Lebaran di Keraton Yogyakarta: Sejarah, Jumlah Gunungan, dan Pelaksanaan
Baca Juga: Asal-usul Bubur India, Sajian Khas Buka Puasa di Masjid Pekojan Semarang Selama Ratusan tahun
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR