Menurut Sulaeman Ahmad Sulaeman, PhD., Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB University sekaligus Sekjen Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan, jengkol yang baik untuk dikonsumsi adalah yang sudah tua.
Untuk memilih jengkol tua, perhatikan ciri-cirinya seperti warna daging jengkol yang kuning mendekati putih dan teksturnya yang liat atau sulit dipatahkan.
Jengkol tua yang akan diolah perlu dikupas kulitnya hingga benar-benar bersih. Menurut pegiat jengkol, Dwi Kartika, dalam berita Kompas.com, mengupas kulit jengkol hingga bersih penting agar tidak meninggalkan rasa pahit.
Setelah dikupas, jengkol tua harus dicuci sampai bersih dari kotoran.
Untuk mengurangi kandungan asam oksalat pada jengkol, rendamlah jengkol selama tiga hari berturut-turut, mengganti air rendamannya setiap hari.
Selain itu, menurut Leo Gendro, chef dari Asosiasi Chef Indonesia (ICA), jengkol bisa direndam dalam cucian air beras selama satu malam untuk mengurangi baunya.
Menurut Leo, jengkol dapat direbus dengan kopi tanpa gula selama satu jam untuk mengurangi baunya.
"Sebelum dimasak dengan bumbu, coba rebus dulu dengan kopi bubuk tanpa gula. Satu jam saja dengan api kecil, nanti aromanya lumayan ternetralisir," ujar Leo.
Jengkol juga bisa direbus menggunakan daun jambu biji.
Jika menggunakan daun jambu biji untuk merebus jengkol, kamu bisa memilih untuk mengupas jengkol sebelum atau sesudah direbus.
Baca Juga: Trik Mudah Memasak Jengkol Agar Empuk dan Tidak Bau untuk Sajian Menu Lebaran
Setelah jengkol yang direbus atau digoreng sudah ditiriskan, jengkol sebaiknya digeprek atau dipukul-pukul terlebih dahulu.
Manfaat dan Penggunaan Tawas, Benarkah Bahan Kimia Ini Ampuh untuk Mengusir Bau Badan?
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR