Hasilnya, orang-orang yang ingin menurunkan berat badannya lalu mencoba diet rendah lemak-tinggi karbohidrat membakar lebih sedikit kalori daripada mereka yang menggantikan asupan karbohidrat dengan lemak.
Studi ini menemukan bahwa setiap kalori tidak sama.
Temuan ini bisa mengeliminasi efektivitas penghitungan kalori sebagai cara pasti mengetahui potensi penurunan berat badan.
Para peneliti mengamati 164 orang dewasa dan memastikan asupan makanan mereka tepat selama 20 minggu.
Kesimpulannya, mengurangi karbohidrat mampu meningkatkan pengeluaran energi selama masa penurunan berat badan.
Hasil ini seolah membagi para ilmuwan menjadi dua kubu pendapat, yaitu mereka yang percaya unsur makanan terjahat adalah karbohidrat.
Terutama karbohidrat sederhana seperti pasta dan roti putih, serta tim yang menilai bahwa lemak adalah unsur makanan paling jahat.
Namun, jalan tengah yang mungkin bisa diambil adalah cobalah untuk mengurangi makan.
Sebab studi ini membimbing kita pada satu pemahaman bahwa kalori dari setiap sumber memiliki efek yang berbeda pula terhadap tubuh manusia.
Setiap orang perlu mengatur asupan hariannya secara detail untuk bisa mencapai penurunan berat badan (Nabilla Tashandra/Kompas).
Baca Juga : 5 Menu Pilihan Sarapan yang Cocok untuk Program Diet, Tetap Enak dan Sehat, Semua Perempuan Wajib Coba!