Musri juga mengaku kalau dirinya tak malu melakoni pekerjaanya ini.
Meski profesi guru dan penghibur Keyboard Mak Lampir sangat jauh, namun ini semua ia lakukan demi sesuap nasi.
Guru honorer yang tinggal di Desa Kesatuan, kecamatan Perbaungan ini merasa bahwa pekerjaanya in sangat berguna karena bisa menghibur banyak orang.
"Terkadang saya pun ikut nyanyi di keyboard," ujar Musri.
"Tapi jaranglah karena lebih banyak job jadi hantu,"
"Walaupun pulang jadi hantu malam tapi saya usahakan jangan sampai mengganggu kerjaan jadi guru, job jadi hantu itu biasanya Sabtu dan Minggu." lanjutnya.
"Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut. Lumayan juga bisa dapat Rp150 ribu sekali manggung. Aku enggak mencuri jadi enggak perlu malu karena aku menganggap apa yang kulakukan ini hanya sebatas menghibur dan membuat orang ketawa saja," pungkas Musri.
Musri sendiri mengaku masih tidak mengetahui sampai kapan ia akan melakukan pekerjaanya sebagai penghibur ini.