Jadi Orang Pertama yang Tepat Meramal Apa yang Akan Terjadi di China, Ahli Kimia Ini Juga Ungkap Akhir Wabah Corona!
SajianSedap.com - Dunia sedang dibuat panik dengan kemunculan kasus baru Covid-19.
Ratusan negara melaporkan peningkatan jumlah orang terinfeksi, termasuk juga Indonesia.
Per Selasa (24/03/2020) lalu tercatat sebanyak 686 kasus, 55 orang meninggal dan 30 orang sembuh.
Baca Juga: Belum Selesai Pandemi Corona, Kini Muncul Wabah Baru Bernama Hantavirus! Begini Penjelasan Ahli
Dan yang lebih membuat 'kalang kabut' adalah terjadinya banyak kematian.
Namun, di tengah kekhawatiran akan peningkatan terus menerus pasien Covid-19 di seluruh dunia, seorang pemenang Nobel dan ahli biofisika Stanford, Michael Levitt menyampaikan pandangan optimisnya.
"Situasi sebenarnya tidak seburuk yang mereka bayangkan," kata Levitt dilansir dari Marketwatch.com (23/3/2020).
Levitt juga mengungkap berbagai hal soal corona, sejak sebelum virus satu ini menyebar ke seluruh dunia.
Ungkap Soal Corona
Pemenang nobel yang satu ini juga mendapat kredit karena menyebut dengan tepat sejak dini tentang apa yang akan terjadi di China.
Ia menyebutkan jika China akan melewati yang terburuk dari wabahnya yang menghancurkan sebelum banyak pakar kesehatan meramalkannya.
Selain itu, pada 31 Januari, Cina memiliki 46 kematian baru dibandingkan dengan 42 hari sebelumnya, yang diakui Levitt sebagai tingkat pertumbuhan yang melambat.
Atas data itu, Levitt mengirim laporan optimis.
"Ini menunjukkan bahwa tingkat peningkatan jumlah kematian akan melambat bahkan lebih selama minggu depan," katanya dalam sebuah catatan yang dibagikan secara luas di media sosial Cina.
Levitt, yang memenangkan Hadiah Nobel 2013 dalam bidang kimia, juga mengatakan jumlah kematian akan segera mulai berkurang setiap hari.
Kemudian dia akhirnya megungkapkan pendapatnya bahwa puncak wabah ini terjadi di pertengahan Februari dengan penghitungan total sekitar 80.000 kasus dan 3.250 kematian.
Pada 16 Maret, China telah menghitung total 80.298 kasus dan 3.245 kematian.
Dia juga punya pandangan serupa untuk Amerika Serikat.
Sementara itu, menurutnya yang dibutuhkan di tengah wabah virus corona adalah mengendalikan kepanikan.
"Yang kita butuhkan adalah mengendalikan kepanikan ... kita akan baik-baik saja," katanya.
Levit pun menambahkan jika data tersebut tidak mendukung akan terjadinya kesuraman dan epidemologis malapetaka telah diperingatkan.
"Angka-angka masih 'berisik' tetapi ada tanda-tanda jelas pertumbuhan (penyebaran virus corona) melambat," katanya kepada kepada LA Times.
Ia mengklaim bahwa bagaimanapun, data kematian di AS mendukung temuannya.
Sekarang ada 35.224 kasus dan 471 kematian di AS, pada Senin pagi, menurut Universitas Johns Hopkins .
Pada Jumat sore, ada 16.018 kasus dan 210 kematian.
Levitt mengatakan himbauan menjaga jarak sosial dan mendapatkan vaksinasi terhadap flu sama-sama penting untuk memerangi penyebaran.
Gerakan anti-vaksin Italia yang kuat, jelasnya, kemungkinan memainkan faktor dalam ledakan kasus, karena penyebaran flu kemungkinan merupakan faktor di banyak rumah sakit dan meningkatkan kemungkinan virus corona tidak terdeteksi.
Di sisi lain, dia menyalahkan media karena memicu kepanikan dengan berfokus pada peningkatan kasus kumulatif dan menyoroti selebriti, seperti Tom Hanks dan Idris Elba, yang telah terinfeksi.
Levitt juga khawatir bahwa reaksi berlebihan dapat memicu krisis lain.
Hal itu terkait dengan kehilangan pekerjaan dan keputusasaan menciptakan masalah mereka sendiri, seperti lonjakan tingkat bunuh diri.
Pada hari Minggu, Presiden Federal Reserve Bank St Louis James Bullard mengatakan ia melihat tingkat pengangguran AS mencapai 30% dalam beberapa bulan mendatang.
Itu terjadi karena dunia terus bergulat dengan pandemi virus corona.
Jika proyeksinya terbukti benar, pengangguran akan lebih buruk daripada selama 'Depresi Hebat', yang dikenal juga sebagai zaman malaise, sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi secara dramatis di seluruh dunia.
Untuk diketahui, persitiwa tersebut mulai terjadi pada tahun 1929, yang kemudian menghancurkan ekonomi baik di negara industri maupun negara berkembang.
Pengangguran juga disebut bisa tiga kali lebih buruk daripada resesi 2007-'09.
Sementara tajuk utama semacam itu (berfokus pada peningkatan kasus) terus menyebarkan ketakutan, Levitt tetap berpegang pada pesannya yang sederhana:
Pandemi virus korona itu 'bukan akhir dari dunia.'
Artikel telah tayang di Intisari.id dengan judul 'Penyebaran Virus Corona Kian Melambat', Ilmuwan Peraih Nobel Asal Israel Sebut Covid-19 Akan Terkendali, Ini Datanya