Padahal kenyataan adalah sebaliknya, ilmuwan perempuan itu sebenarnya punya jasa penting dalam mengindentifikasi virus Corona dan bahwa hasil penelitiannya kini menjadi dasar untuk mencari vaksin penangkalnya.
Untuk diketahui, Selama lebih dari satu dekade Shi telah keluar masuk gua dan naik turun gunung di seluruh 28 provinsi di China, memunguti kotoran kelelawar, dan membawa kotoran itu laboratoriumnya di Wuhan untuk diteliti.
Penelitiannya di Wuhan National Biosafety Laboratory itu menghasilkan salah satu database terlengkap soal virus-virus terkait kelelawar di dunia.
Ketika virus Corona merebak pada akhir Desember 2019 lalu, para ilmuwan di China bergegas meminta pertolongan Shi untuk mengidentifikasi virus tersebut.
Benar, tim peneliti Shi adalah yang pertama yang berhasil mengidentifikasi virus Corona.
Mereka berhasil mengidentifikasi virus itu dari kotoran kelelawar yang dibawa dari Provinsi Yunan.
Tetapi jangankan pujian, Shi dan laboratoriumnya malah difitnah, termasuk oleh media-media penganut teori konspirasi di Barat, sebagai tempat virus Corona berasal yang bermaksud dikembangkan sebagai senjata biologis pemusnah massal.
Karena keahliannya ini dan dalam upaya mencari penangkal virus corona, Shi kini bergabung dengan sejumlah ilmuwan di dunia.
Laboratorium-laboratorium di beberapa negara di dunia hingga kini masih berusaha menganalisis gen-gen dan struktur molekul virus Corona, dengan harapan bisa menciptakan obat penangkalnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dikabarkan juga ikut mendanai penelitian ini.