Jadi Dokter Pertama yang Temukan Virus Corona, Begini Nasib Ai Fen Usai Dibungkam: 'Saya Dianggap Sudah Merusak Masa Depan'
SajianSedap.com - Dokter Ai Fen menjadi orang pertama kali mengungkap Virus Corona di Wuhan China dan kemudian virus tersebut menyebar ke seluruh dunia.
Dokter Ai Fen menjadi perhatian dunia pada Maret 2020, setelah mengutarakan apa yang dialaminya ketika pertama kali menyuarakan keberadaan patogen baru itu pada akhir Desember 2019.
Akan tetapi dokter Ai Fen kemudian dilaporkan menghilang.
Publik khawatir sang dokter muda itu ditahan atau meninggal dunia.
Seperti dilaporkan Daily Mail, Rabu (1/4/2020), dokter Ai Fen menuturkan, dia menghadapi "teguran keras yang tak pernah terjadi sebelumnya" dari komisi disiplin Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Sebabnya, pada 30 Desember 2019, dia mengunggah hasil diagnosis seorang pasien di WeChat dan memberikan keterangan "virus corona SARS".
Baca Juga: Sayur Lodeh, A Fulfilling Javanese Soup for Easy and Quick Lunch!
Baca Juga: Healthy and Hassle-Free, 4 Food Trends You Will See Everywhere in 2020, According to Food Experts
Gambar itu segera menyebar, dan mendiang dokter Li Wenliang pun menyuarakan kekhawatirannya akan virus yang kini membunuh lebih dari 47.000 orang di dunia itu.
Dokter Li Wenliang, yang meninggal karena wabah itu pada 7 Februari 2020, sempat diperingatkan otoritas setempat karena dianggap "menyebarkan informasi tidak benar".
Dikabarkan 60 Minutes Australia, Dokter Ai Fen tidak terlihat lagi setelah memberikan wawancara kepada People yang mengkritik manajemen rumah sakit.
Tak lama setelah wawancara itu tayang, yang kemudian dihapus, Ai Fen mengunggah sebuah gambar disertai keterangan di akun Weibo-nya.
"Sebuah sungai, jalan, jembatan, dan jam yang berdentang," kata Ai Fen di Weibo seperti dikutip RFA via Daily Mail, Rabu (1/4/2020).
Nasib Dokter Ai Fen
Rumor dokter Ai Fen menghilang terjadi setelah Pemerintah China dikritik karena dianggap menutupi situasi tentang pandemi yang terjadi.
Beijing disebut berusaha menutupi kabar terkait patogen tersebut dengan menghukum tim medis yang menemukan dan menyebarluaskannya.
Kemudian memberi penyangkalan bahwa Covid-19 tidak ada transmisi antar-manusia, hingga menunda karantina di wilayah yang terdampak.
Bahkan hingga saat ini, sejumlah kalangan, termasuk warga di Wuhan, menduga angka sebenarnya infeksi virus SARS-Cov-2 itu jauh lebih tinggi dari yang dipaparkan.
Dalam wawancara sebelum dia tidak terlihat lagi, direktur departemen darurat itu mengaku menyesal tidak lebih berani menyuarakannya lebih keras.
Baca Juga: Heboh Virus Corona Lebih Cepat Menular di Ruangan Ber-AC, Ahli Ungkap Fakta Sesungguhnya
Sebab, empat koleganya, termasuk Dokter Li Wenliang, terpapar Covid-19 dan meninggal ketika berjuang untuk merawat para pasien.
"JIka saya tahu akhirnya bakal seperti ini, saya tak peduli akan hukuman. Saya akan terus menyuarakannya kepada siapa pun," kata dokter Ai Fen.
Sang dokter menceritakan, semua terjadi pada 30 Desember 2019, ketika dia melihat banyak pasien dengan gejala mirip flu tak bisa ditangani dengan pengobatan biasa.
Dia kemudian mendapatkan hasil laboratorium, dengan salah satunya mencantumkan sebuah kalimat yang membuatnya berkeringat dingin, "SARS coronavirus".
Artikel Berlanjut Setelah Video Berikut Ini
Seketika dia langsung melingkari kata SARS, mengambil foto, dan segera mengirimkannya kepada mantan teman sekelas di jurusan kedokteran yang bekerja di rumah sakit lain.
Dia juga sampai memanggil koleganya dari departemen pernapasan yang kebetulan tengah melintas.
"Saya katakan salah satu pasiennya terinfeksi virus mirip SARS," kisahnya.
Segera saja foto tersebut menyebar di kalangan tenaga medis, termasuk oleh dokter Li Weliang yang memberikan peringatan sebelum ditegur aparat.
Malamnya, dia menuturkan menerima pesan dari rumah sakit yang menyatakan bahwa informasi penyakit misterius itu seharusnya tidak disebarluaskan.
Sebab, kabar yang belum diketahui kebenarannya itu bisa mengakibatkan kepanikan. Dua hari kemudian, dia dipanggil komite disiplin RS.
Oleh kepala komite inspeksi disiplin, dia mendapat teguran karena dianggap "menyebarkan rumor" dan "merusak stabilitas".
"Pikiran saya kosong. Dia tidak menegur karena saya tak bekerja keras. Saya dianggap sudah merusak masa depan Wuhan. Saya putus asa," keluhnya.
Setelah itu, setiap staf dilarang untuk saling membagikan gambar ataupun pesan yang berisi informasi mengenai virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.
Ai Fen mengaku tidak bisa mengusahakan apa-apa, selain meminta para stafnya untuk mengenakan pakaian pelindung dan masker meski tidak diinstruksikan.
Sempat Dibungkam
Dia mengaku mulai melihat pasien yang tidak punya kaitan dengan Pasar Seafood Huanan, tempat yang diyakini menjadi lokasi asal wabah.
Dia pun berkeyakinan bahwa virus itu memasuki level transmisi antar manusia.
Meski begitu, keyakinannya tidak digubris otoritas China.
Pada 21 Januari, atau sehari setelah Beijing mengumumkan adanya transmisi lokal, pasien yang dirawat sudah mencapai 1.523 per hari, tiga kali lipat dari volume normal.
Selama wabah, dia mengalami peristiwa demi peristiwa yang membuatnya pilu.
Seperti melihat seorang pria lanjut usia yang tatapannya kosong.
Sebabnya, dokter memberikannya sertifikat kematian bahwa putranya yang berusia 32 tahun sudah meninggal karena Virus Corona.
Atau seorang ayah yang terlalu susah untuk keluar dari mobil di halaman rumah sakit. S
aat Ai mendatanginya, ternyata dia sudah tiada.
"Jika saja saya tahu (wabah ini bakal menyebar), saya akan terus menyebarkannya kepada semua orang meski bakal mendapat peringatan," sesalnya.
Dia menolak disebut sebagai whistleblower, atau orang yang menyebarkan sebuah isu. "Saya hanya membantu menyediakan peluit (whistle)," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Kronologi Dokter Ai Fen Orang Pertama Diagnosis Virus Corona Menghilang Setelah Sempat Dibungkam