Pandemi ini telah mengubah New York. Tadinya ia adalah kota yang tak pernah tidur, kini menjadi kota yang sangat sepi.
Begitu tenang dan sepinya kota itu sehingga kita bisa menyebrang jalan utama tanpa harus menunggu lampu lalu lintas berganti. Atau, kalau ada koin terjatuh di seberang jalan, kita bisa mendengarnya dengan jelas.
Ketenangan itu sesekali pecah oleh sirene ambulans yang lewat.
Selain itu, setiap hari pukul 7 malam, warga New York akan bersorak dan bertepuk tangan dari jendela mereka untuk menghormati para pekerja medis.
Sejenak kota itu mendapatkan lagi semangat mereka.
Pihak berwenang telah memperpanjang penutupan sekolah dan tempat usaha, juga melarang pertemuan umum sekurangnya hingga 29 April dengan denda US$1.000 bagi pelanggar.
Sekalipun polisi tidak secara tegas mengendalikan pergerakan manusia, 8,6 juta warga New York umumnya patuh dan tinggal di dalam rumah mereka selama bisa.
Suasana darurat kesehatan tak mungkin dihindari.
Bahkan bagi warga yang ingin berolahraga di taman utama kota itu, Central Park.