Makanan Berlemak Bukan Hanya Membuat Tubuh Jadi Gemuk, Tapi Juga Bisa Sebabkan Gangguan Mental, Kok Bisa?

By Marcel Mariana, Senin, 29 Juni 2020 | 10:15 WIB
Makanan berlemak bisa membuat anda terkena gangguan mental (Tribun Jatim - Tribunnews.com)

Menumpuk Lemak Menimbulkan Gangguan Mental

Sekelompok tim peneliti dari Universitas Glasgow di Inggris dan Gladstone Institutes, di San Francisco, CA, baru-baru ini mempelajari bagaimana makan makanan tinggi lemak jenuh dapat membuat depresi lebih mungkin terjadi, menggunakan model tikus untuk melakukannya.

Para peneliti - yang dipimpin oleh Prof. George Baillie, dari University of Glasgow - mencatat bahwa ini adalah topik penelitian yang sangat penting, karena depresi yang berkaitan dengan obesitas tampaknya terjadi melalui mekanisme berbeda dari depresi pada individu yang sehat.

Dalam makalah studinya, yang muncul dalam jurnal Translational Psychiatry, tim peneliti menjelaskan bahwa banyak orang dengan obesitas dan depresi, yang dokter obati dengan antidepresan biasa, tidak melihat manfaat apa pun dari perawatan.

Baca Juga: Kesal Karena Lemak Perut? Ramuan Kayu Manis Bisa Jadi Solusinya, Minum Sebelum Tidur dan Rasakan Manfaat Luar Biasanya di Pagi Hari

Baca Juga: Enggak Pakai Keringat, Begini Cara Mudah dan Cerdas Mencuci Piring dari Lemak dan Noda Setelah Lebaran!

Pada saat yang sama, orang dengan obesitas dan depresi juga tidak mengalami beberapa efek samping yang biasanya orang kaitkan dengan antidepresan tersebut, seperti penambahan berat badan lebih lanjut.

"Ketika dibandingkan dengan pasien dengan berat badan normal, pasien yang kelebihan berat badan dan obesitas menunjukkan respons yang secara substansial lebih lambat terhadap pengobatan antidepresan, lebih sedikit peningkatan dalam neuroendokrinologi dan proses kognitif, dan lebih sedikit peningkatan berat badan yang diinduksi antidepresan," tulis para peneliti.

Jadi, apa yang terjadi pada otak orang yang kelebihan berat badan atau memiliki obesitas yang membuat mereka lebih rentan terhadap depresi?

Untuk mendapatkan ide dasar, tim peneliti melakukan studi pendahuluan dalam model tikus dimana para ilmuwan memberi makan makanan tinggi lemak, yang mengandung hingga 60% lemak jenuh dan tak jenuh.