Gak Sadar Sering Dimakan, Ternyata Ikan Ini Jadi Bahan Pengobatan Covid-19, Ahli Beberkan Fakta Tak Terduga Ini

By Idam Rosyda, Kamis, 7 Oktober 2021 | 14:54 WIB
Terdapat kandungan super di dalam ikan gabus yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit. (diskan.kutaibaratkab.go.id)

Ikan Gabus Jadi Bahan Pengobatan Covid-19

Siapa sangka jika ikan yang selama ini kerpa dikonsuumsi oleh Anda atau bahkan masyarakat Indonesia ternyata terbukti ampuh sebagai bahan pengobatan Covid-19

Melansir dari Intisari Online, Sabtu (2/10/2021), kandungan albumin yang ada pada ikan gabus yang sangat tinggi dapat mempercepat tubuh memperbaiki serta memperbarui pembentukan sel tubuh manusia.Albumin ini dapat mempercepat tubuh memperbaiki serta memperbarui pembentukan sel tubuh manusia.

Baca Juga: Pemilik Warteg Terkenal Buka Suara, Cuma Tambah Satu Bahan ini saat Goreng Ikan Asin, Pasti Bikin Seisi Rumah Jadi Nafsu Makan

Baca Juga: Ngapain Iri Tetangga Beli Salmon? Makan Saja Ikan yang Dijual Murah Di Pasar ini, Manfaatnya Gak Kira-kira Buat BadanKandungan albumin pada ikan gabus juga disebut-sebut lebih tinggi dari salmon, yaitu 30 persen lebih tinggi.Ikan yang banyak ditemui di perairan tawar ini juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan jenis lain, bahkan dibandingkan dengan ayam.

manfaat ikan gabus
Dalam 100 gram ikan gabus mengandung energi sebesar 80 Kkal, 16,2 gr protein, 0,5 gr lemak, 2,6 gr karbohidrat hingga 170 mg kalsium.Sedangkan untuk 100 gram ayam mengandung energi sebesar 298 Kkal, 18,2 gr protein, 25 gr lemak dan 14 mg.Selain dapat mempercepat penyembuhan luka, ternyata albumin pada ikan gabus diklaim dan diteliti dapat membantu terapi pasien Covid-19.Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Minggu (11/7/2021), CEO Nucleus Farma, Edward Basilianus mengatakan, penelitian ini merupakan dukungan pihaknya sebagai perusahaan farmasi dan bioteknologi untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun.Tim peneliti dan ahli terdiri dari guru besar Farmakologi Bahan Alam dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Prof Dr apt Syamsudin M Biomed, dokter spesialis paru Lusi Nursilawati Syamsi, Sp P, praktisi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr rer nat Chaidir Amin, dan ahli statistika Dr Nurita Andayani.

Artikel berlanjut setelah video di bawah ini :