SajianSedap.com - Kedelai sudah menjadi makanan banyak orang sejak dahulu kala.
Beragam olahan kedelai juga semakin beragam, mulai dari tempe, tahu, kecap, susu, es krim, dan banyak lagi.
Kedelai dikemas dalam kandungan vitamin, mineral, serat, dan kalsium yang terkenal untuk menyehatkan tulang.
Berkat itu kedelai sangat menyehatkan untuk tubuh.
Tak hanya olahannya, Anda juga bisa mendapatkan manfaat kedelai dengan mengonsumsi kedelai langsung dalam bentuk rebusan.
Rasanya juga tak kalah nikmat dan manfaat kedelai rebus juga tentu luar biasa.
Berikut ini manfaat kedelai rebus yang akan Anda dapatkan jika rutin mengonsumsinya.
Manfaat Kedelai Rebus untuk Kesehatan
Dalam 1 cangkir (172 g) kedelai rebus, kita bisa mendapatkan:
- Kalori: 296
- Protein: 31,3 g
- Total lemak: 15,4 g (23 persen AKG)
- Kolesterol: 0 mg
- Karbohidrat: 14,4 g (5 persen AKG)
- Serat: 10,3 g (40 persen AKG)
- Kalsium: 175 mg (18 persen AKG)
- Besi: 8,84 mg (49 persen AKG)
- Kalium: 886 mg (25 persen AKG)
1. Meningkatkan kesehatan jantung
Para ahli setuju bahwa bagi kebanyakan orang, manfaat mengonsumsi kedelai jauh lebih banyak dibanding risikonya.
"Kedelai, bila dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan sehat, dapat menurunkan tekanan darah karena sama sekali tidak mengandung natrium yang tinggi,” kata Kaufman.
Tekanan darah tinggi meningkatkan kemungkinan kamu terkena penyakit jantung.
Kedelai juga merupakan salah satu makanan yang membantu menurunkan trigliserida, lemak darah berbahaya yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
Sebuah studi review di The Journal of Nutrition menemukan bahwa protein kedelai dapat membantu menurunkan kadar kolesterol "jahat" low-density lipoprotein (LDL). Ini merupakan hal yang baik karena kolesterol tinggi adalah faktor risiko lain untuk penyakit jantung.
Mengkonsumsi makanan kedelai tertentu benar-benar mengurangi risiko penyakit jantung.
Hal ini diuji dengan orang-orang yang makan setidaknya satu porsi tahu seminggu, yang memiliki risiko penyakit jantung 18 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jarang makan tahu.
Manfaat ini paling besar dirasakan oleh wanita muda, wanita menopause, dan pascamenopause yang tidak mengonsumsi hormon, menurut penelitian di Circulation.
Kedelai juga lebih rendah kalori, yang berarti dapat membantu menurunkan berat badan.
2. Menurunkan risiko kanker payudara
Kedelai kaya akan isoflavon, fitoestrogen nabati yang berfungsi seperti hormon estrogen.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kedelai memberikan risiko kesehatan yang serupa dengan estrogen.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
"Meskipun estrogen diketahui sebagai makanan kanker payudara tertentu, konsumsi makanan mengandung kedelai sebenarnya dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih rendah," kata Marisa Weiss, MD, kepala petugas medis dan pendiri Breastcancer.org dan Breasthealth.org.
"Risiko yang lebih rendah ini sebagian besar terlihat dalam penelitian di mana orang menggunakan kedelai sebagai sumber protein utama mereka, daripada daging merah atau olahan,' katanya.
Daging olahan dan daging merah, justru dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Perlu dicatat bahwa sebagian besar penelitian ini mengamati asupan makanan kedelai. Artinya bubuk protein kedelai mungkin tidak memiliki manfaat yang sama.
"Makanan berbahan kedelai seperti edamame, susu kedelai, atau tahu, itu sehat," kata Dr. Weiss, yang menjabat sebagai direktur onkologi radiasi payudara dan jangkauan kesehatan payudara di Lankenau Medical Center di Wynnewood, Pennsylvania.
"Namun, kami belum tahu apakah bubuk kedelai pekat yang diekstraksi tersebut aman, karena bisa jadi hanya mengandung protein dalam dosis tinggi tanpa bahan sehat lainnya yang ada di dalam kedelai murni."
Kedelai juga dapat mengurangi risiko kanker lainnya, termasuk kanker usus besar dan prostat. Sebuah tinjauan terhadap 30 studi menemukan bahwa isoflavon dalam kedelai, yaitu genistein dan daidzein, dapat menghalangi perkembangan dan pertumbuhan kanker prostat.
3. Membantu fungsi ginjal
"Ginek adalah filter yang tidak membiarkan protein masuk, tetapi jika kamu menderita penyakit ginjal, protein dapat meresap," kata Mache Seibel, MD, seorang dokter kandungan/ginekolog yang berafiliasi dengan Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston dan penulis The Estrogen Fix.
"Protein dalam kedelai dibersihkan oleh ginjal dengan mudah, tanpa perlu terlalu bekerja keras," katanya.
"Jika kamu ingin baik hati terhadap ginjal, kedelai adalah makanan yang bagus untuk ginjalmu."
4. Mengurangi hot flash selama menopause
Kedelai dapat membantu mendinginkan kondisi hot flash atau kondisi dimana wanita yang mengalami menopause merasakan panas pada wajah, leher, dan dada.
“Jika pernah menderita kanker payudara dan tidak dapat mengikuti terapi penggantian estrogen untuk mengurangi hot flash, kedelai adalah pilihan yang tepat untukmu,” kata Dr. Seibel.
"Estrogen mungkin merupakan pengobatan yang baik untuk hot flash, tetapi kedelai juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan panas yang dirasakan, hingga tidur nyenyak bisa dirasakan."
Banyak wanita menopause mengalami keringat pada malam hari yang membasahi tubuh hingga mengganggu kenyamanan tidur.
Susu Kedelai Bisa Obati Kolesterol
Berbeda dengan susu sapi, susu kedelai tidak mengandung kolesterol dan kandungan lemak jenuhnya sangat rendah.
Hal ini tentunya sangat baik di konsumsi bagi mereka yang sedang mengalami kolesterol tinggi.
Bahkan menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), rutin mengonsumsi 25 gram protein kedelai bisa menurunkan kolesterol sehingga juga menurunkan risiko terkena penyakit jantung.
Hal ini dikarenakan kandungan protein dalam kedelai sekitar 25 gr atau 2 1/2 gelas susu kedelai dapat menurunkan LDL sekitar 10%.
Selain itu, susu kedelai juga mengandung asam lemak omega-3 yang membantu menurunkan kadar lipid dalam tubuh juga kaya vitamin B-6 dan mengandung magnesium, phosphorus, riboflavin, serta thiamin.
Salah satu manfaat dari konsumsi susu ini adalah memenuhi kebutuhan serat dan menyehatkan organ pencernaan.
Artikel ini telah tayang di Tribun Batam dengan judul 4 Manfaat Kedelai untuk Kesehatan Tubuh yang Jarang Diketahui, Mampu Turunkan Risiko Kanker Payudara