Setelah cekcok itu, pelaku keluar mencari makan dan melaksanakan shalat subuh di masjid.
Sepulang dari masjid, pelaku melihat istrinya sedang mengemas barang-barang untuk bergegas pergi ke rumah pamannya.
"Selesai shalat subuh (pelaku) kembali ke rumah dan melihat istrinya sedang berkemas dan anaknya sudah rapi menggunakan seragam sekolah," ujar Yogen.
Amarah pelaku kemudian memuncak. Dia mengambil senjata tajam lalu membacok istri dan anak sulungnya.
Anak sulungnya, KPC (11), mengalami luka bacokan di sekujur tubuh dan meninggal karena kehabisan darah, sedangkan istrinya kritis.
Prakits kasus ini membuat masyarak mulai sadar akan kasus KDRT yang kini semakin marak.
Sebagian besar kasus memang terjadi lantaran suami atau pria memiliki sifat yang tempramen.
Pasalnya kemarhan terkadang memicu tindakan brutal.
Bahkan tindakan ini terkadang tidak disadari oleh palku hingga akhirnya menyesal.
Nah menjawab dasar masalah ini, Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia Novita Tandry mengungkapkan tanda-tanda seseorang dengan perilaku tersebut dikutip dati Tribunnews.
Secara umum, pelaku KDRT lebih didominasi oleh kaum pria, misalnya punya sifat egois yang tinggi sekali.