Aturan Minum Obat Jangka Panjang Supaya Tidak Kena Ginjal, Ahli Bongkar Mitos dan Fakta yang Harus Anda Catat!

By Virny Apriliyanty, Senin, 21 November 2022 | 15:25 WIB
Aturan Minum Obat Jangka Panjang Supaya Tidak Kena Ginjal (kimshealth.org)

SajianSedap.com - Pernahkah Anda mendengar isu kalau minum obat jangka panjang bisa membahayakan ginjal?

Ya, isu ini memang beredar hangat belakangan.

Bahkan, banyak orang yang sampai takut minum obat karena takut merusak ginjal ini.

Tapi sebenarnya, apa isu ini benar ya ?

Soalnya, kalau tidak minum obat, apa penyakitnya gak jadi lebih berbahaya ?

Nah, untuk menjawab keresahan ini, ada beberapa mitos dan fakta yang harus Anda tahu.

Ahli pun membongkarnya untuk Anda.

Benarkah Minum Obat Jangka Panjang Bisa Sebabkan Gagal Ginjal?

Kepatuhan minum obat pada pasien penyakit kronis akan berpengaruh pada hasil pengobatan yang maksimal dan perburukan penyakit yang bisa dicegah.

Namun, kepatuhan pasien untuk minum obat dalam jangka panjang masih rendah.

Salah satu alasannya ketakutkan obat akan merusak ginjal.

Baca Juga: Kasihan Ginjal Kalau Ketergantungan Obat, Coba Turunkan Kolesterol Cuma dengan Ramuan Jahe, Sereh dan Jeruk Nipis Ini, Ampuhnya Wow Banget

Mitos tersebut ditepis oleh Dr.Ikhsan Mokoagow, Sp.PD.

Menurutnya, pasien penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, atau penyakit jantung, justru akan mengalami perburukan penyakit lebih cepat jika tidak meminum obat.

"Pada kondisi tekanan darah tinggi, pembuluh darahnya akan cepat rusak. Nah, di ginjal itu banyak sekali pembuluh darah kecil. Kalau ginjalnya dibuka, itu banyak sekali pembuluh darahnya yang rusak akibat hipertensi. Makanya kalau tekanan darah tidak dikontrol, yang paling duluan rusak adalah ginjalnya," paparnya di sela acara temu media yang diadakan oleh Pfizer di Jakarta (15/4/14).

Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan efek pengobatan pada ginjal.

"Hanya dengan minum obat yang kecil dosisnya itu, Anda akan terhindar dari kerusakan ginjal yang lebih cepat," ujar dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.

Ia menambahkan, setiap obat yang beredar sudah diteliti puluhan tahun dan tetap diamati efek sampingnya meski sudah beredar.

"Jadi obat yang beredar di pasaran adalah obat yang dianggap aman. Dokter juga tidak akan memberi obat dengan dosis tinggi, pasti dalam range yang wajar," katanya.

Penyakit kronis adalah penyakit dengan penyebab multifaktor dan memiliki efek kerusakan pada berbagai organ.

Misalnya saja penyakit diabetes melitus dan hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung.

"Saya lebih takut kalau pasien tidak minum obat, kerusakan organnya pasti lebih cepat," katanya.

Ikhsan mengatakan, memang ada obat-obat tertentu yang bisa membuat fungsi ginjal turun, misalnya obat antinyeri.

Baca Juga: BERITA POPULER : Bahaya Hidup dengan Satu Ginjal Sampai Kepanjangan Jalan Tol

Karena itulah pasien jangan mengobati diri sendiri, tapi berkonsultasi ke dokter sehingga bisa diberikan dosis yang tepat dan dipantau efek sampingnya.

Untuk pengobatan penyakit kronis, selain minum obat secara teratur, pasien juga dianjurkan untuk berkonsultasi secara berkala ke dokter untuk mengevaluasi pengobatan dan mengetahui apakah target pengobatan telah tercapai.

Pemeriksaan laboratorium rutin juga wajib dilakukan.

Apakah Obat Herbal Lebih Aman Untuk Ginjal?

Obat-obatan farmasi dan obat herbal sering kali dibanding-bandingkan keamanannya.

Padahal, menurut Ikhsan, obat farmasi sebenarnya lebih terukur dosisnya.

"Zaman dulu, ratusan tahun lalu, semua obat dokter memang berasal dari daun-daunan atau herbal. Tapi setelah diteliti ternyata dari 10 zat yang ada pada sebuah herba hanya satu yang diperlukan. Karena itu lalu difurifikasi dan dibuat sintesisnya karena kita tidak mau menghancurkan begitu banyak pohon," katanya.

Pada obat herbal, seringkali kita harus tetap meminum 10 zat yang ada pada obat tersebut.

"Pertanyaannya, apakah ke-10 zat itu kia perlukan?" katanya.

Ikhsan mengatakan, dunia kedokteran tidak anti dengan obat herbal, tapi yang sudah terstandar dan diketahui efeknya.

"Kalau untuk mengobati hipertensi tidak cukup dengan obat yang 5 ml, dokter akan naikkan jadi 10 ml. Lalu kalau untuk obat herbal bagaimana mengukurnya, perlu pakai berapa batang atau berapa pohon?" ujarnya.

Baca Juga: Vidi Aldiano Terkena Kanker Ginjal Sampai Harus Operasi, Ternyata Efek Mengerikan Ini akan Terjadi Pada Tubuh Jika Hidup Hanya dengan 1 Ginjal

Saat ini dunia pengobatan herbal sudah semakin maju sehingga ada obat-obatan herbal terstandar dan fitofarmaka sehingga dokter bisa memonitor efek sampingnya.

Beberapa apotek juga sudah menyediakan obat-obatan tersebut.

"Ada kondisi gangguan liver yang oleh dokter diobati dengan kurkuma atau temu lawak. Itu karena obat itu sudah terstandar," katanya.

Cara Konsumsi Vitamin C Supaya Aman untuk Ginjal

Melansir WebMD, vitamin C utamanya dapat menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat.

Tapi tetap saja, konsumsi vitamin C sebaiknya dilakukan secara bijak.

Beberapa orang mungkin harus mengonsumsi vitamin C dalam jumlah lebih tinggi untuk perawatan medis.

Nah, tidak tahu dosis ini jadi kesalahan utama yang sering terjadi pada konsumsi vitamin C.

Banyak orang ternyata mengonsumsi vitamin C secara berlebihan.

Padahal, vitamin C yang berlebihan ini sangatlah berbahaya bagi tubuh bahkan bisa sampai menyebabkan gagal ginjal.

Pasalnya, kelebihan vitamin C dikeluarkan dari tubuh sebagai oksalat, produk limbah tubuh.

Baca Juga: Tolong Kasih Tahu Suami Sekarang, 5 Bahan Bangunan ini Bisa Membahayakan Nyawa, Salah Satunya Bikin Ginjal Sampai Organ Reproduksi Rusak

Oksalat biasanya keluar dari tubuh melalui urine.

Tapi, dalam beberapa keadaan, oksalat dapat mengikat mineral dan membentuk kristal yang dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal.

Mengonsumsi terlalu banyak vitamin C berpotensi meningkatkan jumlah oksalat dalam urine seseorang, sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal.

Dalam sebuah penelitian yang meminta orang dewasa mengonsumsi suplemen 1.000 mg vitamin C dua kali sehari selama 6 hari, jumlah oksalat yang mereka keluarkan meningkat sebesar 20 persen.

Asupan vitamin C yang tinggi bukan hanya dikaitkan dengan jumlah oksalat dalam urine yang lebih besar, tetapi juga terkait dengan perkembangan batu ginjal, terutama jika seseorang mengonsumsinya dalam jumlah lebih dari 2.000 mg.

Kejadian gagal ginjal juga telah dilaporkan pada orang yang mengonsumsi lebih dari 2.000 mg dalam sehari.

Namun, kondisi ini termasuk sangat jarang terjadi, terutama pada orang sehat.