Menurut sejarawan Heri Priyatmoko, bubur merah putih sudah ada sejak era Hindu, bahkan sebelum masa Serat Centhini.
Dalam perayaan Tahu Baru Islam, masyarakat Jawa menyajikan bubur merah putih sebagai sesaji. “Sesaji itu sarana untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan hal-hal penangkal bala kepada Gusti Allah atau Tuhan. Jadi tidak bisa dimaknai sebagai klenik,” tutur Heri dikutip dari berita Kompas.com.
"Jadi mereka percaya pada Tuhan tapi dengan cara itu tadi, menyajikan aneka sesaji. Salah satunya bubur merah putih," lanjutnya.
Bubur atau disebut juga jenang dalam Bahasa Jawa dianggap sebagai makanan yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia yang paling awal.
Sebab, bubur merupakan makanan pertama yang dikonsumsi oleh manusia setelah menyantap ASI.
Bahkan, catatan tentang cara mengolah bubur atau jenang juga sudah ada pada prasasti sejak era Hindu.
Bubur merah putih memiliki makna tersendiri.
Menurut Heri, warna merah pada bubur merah putih merupakan simbol indung telur.
Sementara warna putih pada bubur merah putih adalah simbol dari sperma.
Warna bubur merah putih menjadi representasi perempuan dan laki-laki dalam kehidupan.
Baca Juga: Ternyata Begini Awal Mula Kapan Hari Ayah Nasional Diperingati