Banyak Beredar Jelang Ramadhan, Jangan Pernah Beli Kalau Temukan Ayam dengan Ciri-ciri Ini, Kelihatan Banget di Mata

By Virny Apriliyanty, Rabu, 15 Maret 2023 | 16:25 WIB
Jangan Beli Ayam dengan Ciri Ini (provisioneronline.com)

SajianSedap.com - Harga kebutuhan pokok biasanya akan naik jelang Ramadhan.

Itu mengapa, akan muncul juga banyak pedagang nakal yang menjual barang kurang layak makan di pasaran.

Salah satunya adalah ayam.

Ya, kesegaran ayam seringkali luput kita perhatikan saat membeli ayam di pasaran.

Padahal ayam yang kurang segar itu bisa bikin kita masuk Rumah Sakit, lo.

Makanya, jangan pernah beli kalau temukan ayam dengan ciri ini di pasaran.

Yuk, catat supaya gak kasih racun ke keluarga.

Jangan Beli Ayam dengan Ciri Ini

Marak pedagang nakal yang menjajakan ayam tiren (ayam mati kemarin) atau daging ayam bangkai.

Membedakan daging ayam segar dengan ayam tiren juga patut menjadi hal yang harus diutamakan.

Bahkan, baru-baru ini sejumlah penelitian menemukan fakta bahwa daging ayam adalah salah satu penyebab timbulnya kanker.

Jadi Anda harus waspada jika menemukan tanda-tanda berikut pada daging ayam.

Baca Juga: Bukan Cuma Terigu, 1 Tepung Ini yang Bikin Ayam Goreng Tepung Super Renyah, Kriuk Seharian ala Restoran Cepat Saji

Direktur Halal Center Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono PhD menyebutkan setidaknya ada delapan ciri ayam tiren yang bisa diamati.

Menurut Nanung, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah penampilan warna kulitnya.

Kulit ayam sehat berwarna kuning muda segar, sedangkan kulit ayam tiren berwarna putih kelabu kusam.

Selain warna, tekstur kulit juga bisa membedakan mana daging ayam segar dan mana ayam tiren.

Kulit ayam sehat ketika diraba akan terasa halus dan lembut dengan lubang pori bekas cabutan bulu yang menutup rapat.

Bagian daging ayam yang tidak boleh dikonsumsi terlalu sering.

Sementara kulit ayam tiren terasa kasar saat diraba dan nampak pori-pori bekas cabutan yang tidak menutup rapat.

"Ketiga perhatikan lipatan sendinya. Jika dilipat atau ditekuk, sendi-sendi ayam sehat lentur, sedangkan pada ayam tiren terasa kaku dan tidak elastis," tambah Nanung.

Nanung mengatakan, ciri lain ayam tiren adalah warna dagingnya.

Hal ini bisa dapat terlihat ketika kulit ayam dikelupas.

Jika ayam sehat maka warnanya merah muda segar karena darah keluar maksimal.

Baca Juga: Menu Sahur : Resep Soto Ayam Lamongan Enak, Hidangan Pilihan Untuk Bangkitkan Nafsu Makan

Sementara ayam tiren berwarna merah tua kecokelatan karena darah tidak keluar maksimal.

Selain itu, ketika ditekan maka permukaan daging ayam sehat terlihat lentur elastis dan kembali ke posisi normal.

Sedangkan daging ayam tiren cenderung cekung atau lebam serta tidak elastis atau tidak kembali ke posisi normal.

"Bisa juga dilihat dari harga. Harga ayam sehat tentu normal, sedangkan harga ayam tiren sangat murah, bisa separuh atau bahkan bisa kurang dari separuh harga normal," bebernya.

Nanung menjelaskan, aroma daging ayam sehat memiliki harum normal, sedangkan daging ayam tiren berbau busuk.

Daging ayam tiren berbau busuk karena darah tidak keluar dan menjadi timbunan makanan yang berlimpah bagi bakteri pembusuk.

"Lalu perhatikan juga bekas sembelihan di leher. Bekas sembelihan pada ayam sehat nampak terbuka lebar, sedangkan pada ayam tiren nampak sempit dan rapih, seperti bekas kertas yang digunting, sangat rapi," pungkasnya.

Jadi mulai sekarang, yuk, kenali mana daging yang segar dan tiren.

Bahaya Salmonella untuk Tubuh

Apa itu Salmonella Dikutip dari laman Kementerian Pertanian, Salmonella Non-Thypoid atau Non typhoid Salmonella (NTS) adalah bakteri paling umum penyebab penyakit bawaan makanan.

NTS adalah bakteri patogen penyebab gastroenteritis pada manusia yang ditularkan melalui hewan dan produk hewan terkontaminasi.

Gastroenteritis akibat NTS tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika, namun kondisi ini dapat berakibat fatal jika terjadi komplikasi pasca-infeksi.

Baca Juga: Resep Pepes Ayam Santan Aroma Kencur, Menu Rumahan yang Wangi Dan Juga Lezat

Kontaminasi NTS banyak ditemukan pada produk hewani, seperti telur, daging ayam, susu mentah, dan produk hewani lainnya.

Demikian dikatakan pula oleh dokter spesialis anak Mayapada Hospital dr. Kurniawan Satria Denta, Sp.A.

"Biasa di bahan mentah seperti telur, daging sapi, ayam, dan lain-lain. Kontaminannya juga bisa masuk ke makanan-makanan olahan," kata dr. Denta kepada Kompas.com, Selasa (12/4/2022).

Pengendalian infeksi NTS sulit dilakukan karena Salmonella toleran terhadap tekanan lingkungan, penyebarannya sangat luas, resisten terhadap beberapa jenis antibiotik dan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi.

Lalu apa efek yang akan terjadi pada anak yang mengonsumsi makanan yang mengandung Salmonella?

Dokter Denta menyebut, hal itu akan melahirkan infeksi Salmonella yang bisa berdampak pada kondisi kesehatan anak.

"Infeksi Salmonella, merusak usus," ujar dia.

Terlebih, jika infeksi ini terjadi pada anak yang belum memiliki daya tahan tubuh yang kuat akan mendatangkan sejumlah gangguan pencernaan.

Dilansir dari NCBI, anak-anak merupakan kelompok orang yang rentan mengalami dampak dari infeksi bakteri yang satu ini.

Penyakit akibat infeksi Salmonella Salmonella non-tifoid diketahui juga menjadi penyebab utama penyakit diare menular di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit invasif, seperti bakteremia, meningitis, dan osteomielitis. Salmonellosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri salmonella.

Penyakit ini berupa flu perut yang memiliki gejala, seperti mual, muntah, sakit perut, diare, demam, badan panas dingin, sakit kepala, sampai ada darah dalam tinja, dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Dapat Ilmu Baru, Coba Rebus Telur Ayam dengan Irisan Lemon, Setelah Matang Hasilnya Auto Bikin Melongo

Tanda dan gejala salmonellosis biasanya berlangsung 2-7 hari.

Khusus diare, gejalanya bisa sampai 10 hari.

Sedangkan usus baru normal setelah beberapa bulan sembuh dari infeksi.

Selain itu, penyakit tipes atau demam tifoid, disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi.

Seseorang yang terkena tipes umumnya bergejala, seperti demam tinggi, sakit perut, badan lemas, sakit kepala, diare, sembelit, batuk, tidak nafsu makan, dan bintik-bintik kemerahan.