Sejarah Rujak Cingur yang Jadi Kuliner Khas Surabaya, Pernah Disebut Jadi Makanan Raja Firaun, Benarkah?

By Amelia Pertamasari, Minggu, 13 Agustus 2023 | 13:10 WIB
Sejarah rujak cingur. (Ika Rahma)

SajianSedap.com Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama di daerah asalnya Surabaya.

Kuliner merakyat ini berisikan irisan sayur rebus seperti selada air, tauge, kangkung, lontong, timun, tahu tempe dan cingur atau moncong sapi. Terkadang ada juga yang ditambahkan dengan buah segar seperti nanas, bengkoang, blimbing bahkan melon.

Semua isian tersebut dipotong kecil-kecil dan disiram ulekan kacang, pisang batu dan petis sehingga warnanya cokelat/kehitaman.

Ciri khas dari rujak cingur Surabaya adalah potongan cingur atau moncong sapi yang sudah direbus dengan bumbu gurih.

Menghadirkan citarasa yang berbeda ditengah kombinasi rasa gurih, asin, asam, pedas saus petis. Rujak cingur Surabaya digadang sebagai rujak cingur paling lezat di antara daerah-daerah yang lain.

Lantas dari mana asal rujak cingur?

Diduga dari kreativitas pedagang memenuhi hasrat kuliner pelanggannya sehingga tercipta perpaduan ”djanganan” dan rujak buah. Hibriditas iseng itu kemudian justru disukai hingga sekarang.

Beberapa tahun lalu nama rujak cingur pernah melejit, saat ada pemberitaan bahwa asal-usulnya dari Mesir dan merupakan makanan kesukaan Raja Firaun. Berita daring tersebut dirujuk dan ditulis ulang oleh beberapa media online di Tanah Air. Hal itu menimbulkan kehebohan, dan belakangan, media yang pertama kali menulis kabar tersebut sudah mencabut dan merevisi tulisan itu.

Lantas dari mana asal rujak cingur ini?

Sejarah Rujak Cingur

Menurut Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur dalam laman tulisan Makanan Khas Jawa Timur Menggoyang Lidah Nusantara disebutkan bahwa cingur adalah bagian dari moncong (mulut) sapi, tepatnya di daerah sekitar hidung, bibir, dan dagu sapi.

Beberapa penjual rujak cingur, kadang memasang cingur secara utuh sebagai bagian dari kepala sapi, untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar memakai cingur dan bukan hanya kulit atau kaki sapi.

Baca Juga: Dinobatkan Jadi Sup Terenak di Dunia, Ini Fakta Menarik dan Sejarah Rawon

Bagaimana asal-usul kuliner rujak cingur?

Pengamat kuliner Universitas Brawijaya, Ary Budiyanto, menduga bahwa rujak cingur adalah bentuk hibrid (bentuk baru hasil persilangan) dari rujak buah dan ’djanganan’.

’Djanganan’ sendiri, menurut Ary, merupakan salah satu resep kuliner kolonial sebagaimana ditulis Cornelia dalam buku Kokki Bitja, atau, Kitab Masak-Masakan (H)India, Jang Baharoe dan Samporna (tahun 1864) terbitan Cornell University.

Di sana digambarkan bahwa ’djanganan’ adalah masakan terdiri dari kacang panjang, tauge, kol, daun kacang, mentimun, kangkung, dan buncis, yang disiram dengan campuran bumbu cabe, gula merah, terasi, kemiri bakar, asam dan petis.

”Resep ’djanganan’ ini adalah resep kolonial Kokki Bitta yang legendaris. Mirip dengan rujak sayur petis, meskipun tidak memakai cingur dan kacang tanah,” kata Ary.

Makanan lain mirip dengan rujak cingur menurut Ary adalah pecel sayur dan rujak buah.

”Apakah rujak cingur ini hibrid dari pecel sayur dan rujak buah? Bisa jadi demikian. Seperti proses rujak soto atau pecel lodeh. Bisa juga karena hibrid iseng pelanggan yang ingin makan campuran rujak buah dan janganan atau sayur. Bermula dari keisengan, lalu jadi menjadi ketagihan, deh,” kata dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya itu.

Satu ciri khas tak bisa dilupakan adalah, bahwa rujak cingur menggunakan pisang kluthuk sebagai bagian dari bumbu ulek.

”Makan rujak, bisa jadi bikin sebah atau terasa tidak enak di perut. Maka, pisang kluthuk ini fungsinya menetralisir rasa tidak enak itu,” kata Ary.

Lagu

Yang menjadi catatan Ary, rujak cingur diperkirakan mulai banyak dikenal seiring munculnya lagu Is Haryanto berjudul ”Rek Ayo Rek” yang booming tahun 1970-an.

Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan. Rek ayo rek rame rame bebarengan

Cak ayo cak sopo gelem melu aku. Cak ayo cak dolek kenalan cah ayu

Baca Juga: Dinobatkan Jadi Sup Terenak di Dunia, Ini Fakta Menarik dan Sejarah Rawon

Ngalor ngidul liwat toko ngumbah moto. Masio mung nyenggal nyenggol ati lego

Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur. Kenal anake sing dodol rujak cingur.

Pada tahun 1986, Kompas memberitakan bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur bersama Kanwil Deparpostel Jatim mengadakan festival Makanan Khas Jawa Timur (MKJT), yakni disebutkan salah satunya adalah rujak cingur.

Pada saat itu, selain dilakukan inventarisasi makanan khas Jawa Timur, juga ditegaskan bahwa ciri makanan khas Jawa Timuran adalah tidak terlalu manis dan tidak terlalu pedas, menggunakan petis udang/pindang, serta memakai bumbu rempah dan lemak yang tidak berlebihan.

Ciri-ciri makanan itu adalah ciri umum. Sebab, disebutkan ada juga makanan Madura di mana cenderung asin, dan kuliner Madiun yang berciri manis karena terpengaruh Jawa Tengah.

Rujak Cingur Genteng Durasim yang Legendaris

Tempat makan rujak cingur legendaris di Surabaya yang patut masuk daftar kulineran adalah Rujak Cingur Genteng Durasim yang berdiri mulai 1940-an.

Alamat Rujak Cingur Genteng Durasim di Jalan Genteng Durasim Nomor 29, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Buka pukul 10.30-17.30 WIB.

Kamu dapat menyantap sayuran, cingur, irisan nanas, mangga, tempe, tahu, dan mi kuning dengan mengeluarkan bujet lebih kurang Rp 35.000.

Selain rujak cingur, tempat kuliner tersebut juga menyajikan sop buntut yang juga populer.

Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul Rujak Cingur, Hibriditas Rujak Buah dan ”Djanganan” dari Jawa

Baca Juga: Yang Doyan Kerupuk Merapat, Ini Ternyata Nama Kerupuk Tertua di Indonesia, Cek Juga Sejarahnya Berikut ini