Namun, psikologi juga bisa digunakan ketika seseorang dalam keadaan normal, terutama saat penetapan harga.
Ratna menerangkan, psikologi bisa dimanfaatkan untuk menarik pembeli supaya mereka bisa memutuskan dengan segera produk apa yang ingin diambil.
"Dengan berbagai cara yang diyakini akan menekan dirinya (konsumen) untuk melakukan pembelian," katanya.
"Meskipun kadang-kadang setelah membeli itu orang jadi mikir, 'Kenapa ya aku ngebeli ini. Semacam ada penyesalan'," terang Ratna.
Pengingat 'Khilaf' Belanja
Mengingat banyak toko, minimarket, maupun supermarket yang mencantumkan harga berakhiran 999, Ratna memberikan saran supaya konsumen tidak membeli produk yang tidak dibutuhkan dengan embel-embel murah.
Pertama, konsumen perlu mengingat apakah produk yang akan dibeli benar-benar diperlukan.
Hal ini berlaku bagi mereka yang sudah berkeluarga dan ingin mengatur keuangan.
Selain itu, pastikan dan catat juga produk sejenis yang akan dibeli, persediaannya di rumah masih ada.
Hal tersebut bisa diterapkan ketika melihat produk yang dapat bertahan lama, seperti kosmetik.
"Ingat di rumah, punya stoknya ya jangan dibeli," kata Ratna.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan pembeli untuk melatih dirinya sendiri.
Perlu diingat bahwa harga yang seolah-olah tampak murah tidak berarti benar-benar murah.
Bisa jadi, produk yang dilabeli harga murah akan kadaluarsa sehingga mendapat potongan harga agar cepat laku.
"Bukan berarti produk (yang dapat potongan harga) itu lebih baik," jelas Ratna.
Nah, jadi sudah tahu mau belanja yang mana kalau dari harga nih Sase lovers.
Baca Juga: Bangkrut 12 Tahun Lalu, Harga Nasi Goreng di Pesawat Mandala Air Bikin Syok, Mahal Atau Murah Ya?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Penjual Sering Beri Harga Rp 999, Ini Penjelasan Ahli Marketing"