Bertahun-tahun Belanja Bisa Tidak Sadar, ini Alasan Kenapa Banyak Harga Promo yang Dijual Belakangnya Angka '999'

By Raka, Kamis, 26 Oktober 2023 | 12:05 WIB
Ilustrasi promo dengan harga .999 (Kolase Genpi & postingnews)

SajianSedap.com - Siapa yang suka belanja di supermarket ataupun toko online.

Saat ingin membeli sesuatu barang yang sama, pasti kita kerap membandingkan produk tersebut dari harga.

Nah, hal yang pertama kita lihat dari harga ada hal menarik.

Salah satunya adalah angka triple 9 atau 999 dibagian akhir.

Misal harga minyak goreng 1 liter memiliki harga promo Rp 15.999 lalu kenapa tidak dibulatkan jadi Rp 16.000 saja?

Bukan tanpa alasan, menurut ahli ini merupakan bagian strategi dari produsen.

Alasan Harga Produk Jarang Ada yang Dibulatkan

Melansir kompas.com, peneliti bidang marketing Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Catur Sugiarto, penulisan harga berakhiran 999 merupakan harga psikologis atau psychological pricing.

Hal tersebut dimaksudkan supaya harga suatu produk terlihat lebih murah agar konsumen mau membeli.

"Itu sebagai gimmick saja biar terlihat lebih murah, meskipun sebetulnya selisih tidak signifikan," ujar Catur.

Ia menyampaikan, pencantuman harga berakhiran 999 dengan harga yang sudah dibulatkan tidak terkait margin atau keuntungan dari produk yang dijual.

Sebab, jarak antara harga yang berakhiran 999 dengan harga bulat tidak berbeda jauh.

Baca Juga: Waduh! Jual Es Teh Pakai Mesin Pom Bensin, Ternyata Segini Harganya Kalau Mau Beli Alatnya Sendiri

Contoh, harga produk yang dicantumkan Rp 14.999 sementara harga yang sudah dibulatkan sebesar Rp 15.000. Selisih keduanya hanya Rp 1.

"Jadi sebetulnya sama saja. Tetapi, perlu berhati-hati kalau konsumen kritis malah bisa membuat kepercayaan berkurang. Tetapi, untuk orang yang price sensitive mungkin oke," tambahnya. 

Dampak psikologis pembeli Psikolog sekaligus dosen di Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo menjelaskan, harga berakhiran 999 dicantumkan supaya pembeli yang berbelanja melihat nominalnya seolah-olah berada di bawahnya.

"Jadi, cenderung misalnya Rp 35.000 orang melihat Rp 35.000-nya. Tapi, kalau bikin harga Rp 34.999 maka orang akan melihat '34'-nya," ujar Ratna.

"Nah, otak kita itu meng-order-kan nomor sebegitu cepatnya. Bahkan, di luar kesadaran kita. Begitu melihat '34' seolah-olah lebih murah," jelasnya.

Trik Memikat Pembeli

Di sisi lain, Ratna juga menerangkan trik penjualan lain menyangkut harga berakhiran 999 yang membuat pembeli kepincut dengan produk yang ditawarkan.

Ia mengatakan, penjual bisa saja mencantumkan harga produk dengan "permainan" ukuran huruf yang besar dan kecil.

Misalnya, ketika sebuah produk dihargai Rp 35.000, maka nominal yang tertera akan ditulis dengan huruf besar dan jarak antarhuruf yang berdekatan.

Sementara, harga berakhiran 999 ditulis dengan jarak huruf yang agak berjauhan dan tulisannya lebih kecil.

"Jadi, itu adalah trik psikologi di mana orang cenderung melihat harga yang kecil," imbuh Ratna.

Peran Psikologi

Lebih lanjut, Ratna juga menjelaskan, pencantuman harga berakhiran 999 merupakan salah satu bagian dari psikologi di mana ilmu ini tidak hanya untuk membahas perilaku orang yang terkena gangguan mental.

Baca Juga: Bikin Syok! Harga Ayam Goreng KFC di Negara Ini Bikin Melongo, Mikir Ribuan Kali Kalau Mau Beli

Namun, psikologi juga bisa digunakan ketika seseorang dalam keadaan normal, terutama saat penetapan harga.

Ratna menerangkan, psikologi bisa dimanfaatkan untuk menarik pembeli supaya mereka bisa memutuskan dengan segera produk apa yang ingin diambil.

"Dengan berbagai cara yang diyakini akan menekan dirinya (konsumen) untuk melakukan pembelian," katanya.

"Meskipun kadang-kadang setelah membeli itu orang jadi mikir, 'Kenapa ya aku ngebeli ini. Semacam ada penyesalan'," terang Ratna.

Pengingat 'Khilaf' Belanja

Mengingat banyak toko, minimarket, maupun supermarket yang mencantumkan harga berakhiran 999, Ratna memberikan saran supaya konsumen tidak membeli produk yang tidak dibutuhkan dengan embel-embel murah.

Pertama, konsumen perlu mengingat apakah produk yang akan dibeli benar-benar diperlukan.

Hal ini berlaku bagi mereka yang sudah berkeluarga dan ingin mengatur keuangan.

Selain itu, pastikan dan catat juga produk sejenis yang akan dibeli, persediaannya di rumah masih ada.

Hal tersebut bisa diterapkan ketika melihat produk yang dapat bertahan lama, seperti kosmetik.

"Ingat di rumah, punya stoknya ya jangan dibeli," kata Ratna.

Di sisi lain, ia juga mengingatkan pembeli untuk melatih dirinya sendiri.

Baca Juga: Dibuang-buang di Indonesia, Harga Kerak Nasi di Negara ini Justru Bikin Geleng-geleng, Gak Masuk Akal!

Perlu diingat bahwa harga yang seolah-olah tampak murah tidak berarti benar-benar murah.

Bisa jadi, produk yang dilabeli harga murah akan kadaluarsa sehingga mendapat potongan harga agar cepat laku.

"Bukan berarti produk (yang dapat potongan harga) itu lebih baik," jelas Ratna.

Nah, jadi sudah tahu mau belanja yang mana kalau dari harga nih Sase lovers.

 Baca Juga: Bangkrut 12 Tahun Lalu, Harga Nasi Goreng di Pesawat Mandala Air Bikin Syok, Mahal Atau Murah Ya?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Penjual Sering Beri Harga Rp 999, Ini Penjelasan Ahli Marketing"