SajianSedap.com - Mengunyah makanan saat makan tentu saja sangat dianjurkan.
Kalau tidak, kita bisa tersedak makanan tersebut.
Bahkan ada anjuran berapa kali kita mengunyah makanan sebelum menekannya.
Nah, biasanya kamu mengunyah di sisi mana? Kiri atau kanan?
Ya, ada beberapa alasan yang membuat sebagian orang mengunyah hanya dengan menggunakan satu sisi saja.
Namun, ternyata ada bahaya dari kebiasaan buruk tersebut, loh!
Dampak Mengunyah Satu Sisi Saja
Rupanya jika mengunyah makanan disatu sisi saja dilakukan terus-menerus bisa mengganggu kesehatan gigi dan mulut.
"Ibaratnya besi dibiarkan tinggal tidak dimanfaatkan itu kan berkarat.
Begitu juga dengan gigi, gigi yang tidak kita gunakan mengunyah itu juga akan menyebabkan berkarang," jelas Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
Perlu menjadi informasi apabila terdapat salah satu sisi yang tidak digunakan dalam proses pengunyahan maka bisa menyebabkan sisi tersebut mengalami penumpukkan karang gigi.
"Jadi besi berkarat, gigi berkarang," tegas Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP dalam tayangan Healthy Talk.
Baca Juga: Resep Sus Goreng Kelapa Kismis, Camilan Renyah Buat Hari Libur yang Bikin Sulit Berhenti Mengunyah
Simak Kata dr. Devie
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 03 Desember 2022.
"Jadi sebisa mungkin kita untuk tetap melakukan pengunyahan semua sisi. Jangan hanya satu sisi," tutur Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
"Kalau misalnya mengunyah satu sisi berarti kan ada faktor penyebab mengapa mengunyah satu sisi. Berarti mungkin sisi yang lain ada masalah, ada gigi berlubang atau gigi sakit," lanjut Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
Salah satu masalah yang sering dialami pasien adalah adanya gigi berlubang atau gigi sakit sehingga menyebabkan pasien hanya menggunakan satu sisi saja untuk mengunyah.
"Seyogyanya, secepatnya harus kita respon cepat dengan memeriksakan dengan dokter gigi," saran Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
Selain mengunyah menggunakan satu sisi, kebiasaan buruk yang dilakukan oleh beberapa orang adalah mengunyah es batu.
Dampak mengunyah es batu
Tak banyak orang tahu jika kebiasaan mengunyah es batu rupanya dapat menimbulkan permasalah pada kesehatan gigi dan mulut.
"Mengunyah es batu, terus membuka tutup botol menggunakan gigi itu dampaknya hampir sama yaitu pertama bisa gigi mengalami fraktur atau patah ya," ucap Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
"Apalagi kalau gigi memang sudah ada tanda-tanda misalnya berlubang, sudah risiko rapuh lah ya," ungkap Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
Kemudian dampak selanjutnya yang bisa terjadi adalah trauma akibat tekanan yang berlebih sehingga kondisi daripada jaringan pendukung gigi mengalami trauma.
"Mungkin pada saat kondisi sebelum melakukan hal tersebut gigi dalam keadaan bagus tidak ada lubang dan sebagainya, tetapi karena tekanan yang kita berikan sedemikian rupa melebihi tekanan yang seharusnya otomatis itu sangat sering terjadi yang namanya trauma from occlusion," tambah Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
Trauma from occlusion bukan hanya disebabkan karena sering mengonsumsi es batu atau makanan yang keras, namun juga bisa disebabkan karena penambalan gigi.
Penambalan gigi yang terlalu tinggi merupakan salah satu penyebab terjadinya trauma from occlusion.
Jadi intinya, tekanan yang kita berikan kepada gigi itu sudah ada batas kemampuannya ya," ungkap Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP.
"Apabila melewati dari batas kemampuan dari tekanan itu, maka gigi yang menerima tekanan besar itu akan mengalami trauma from occlusion.
Penjelasan Dokter Gigi, Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 03 Desember 2022
Artikel ini telah tayang di Tribunhealth.com dengan judul Ketahui Dampak Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi dan Mengunyah Es Batu Menurut Dr. drg. Munawir H. Usman.