Hanya Makan Daun Sepanjang Tahun, Anak-Anak Kecil Di Desa Ini Punya Tubuh yang Bikin Bulu Kuduk Merinding

By Raka, Rabu, 19 September 2018 | 16:45 WIB
Anak-anak di Yaman alami kelaparan (Pers Today)

SajianSedap.id – Menikmati makanan yang lezat pasti menjadi dambaan setiap anak di dunia.

Kebutuhan gizi sangatlah penting terutama bagi anak yang dalam masa pertumbuhan.

Baca Juga : Digugat Cerai, Begini Fakta Rumah Tangga Vicky Prasetyo yang Tak Biarkan Angel Lelga ke Dapur

Namun hal tersebut tidak terjadi di sebuah desa terpencil di Yaman utara.

Di desa tersebut ada banyak keluarga termasuk anak-anak yang kelaparan.

Bahkan kelaparan tersebut membuat mereka harus rela memakan yang tak lazim.

Mereka tidak makan apa pun kecuali daun pohon anggur lokal yang direbus untuk dibuat menjadi pasta hijau asam.

Fakta tersebut lantas membuat badan-badan bantuan internasional terperangah oleh tingkat penderitaan di sana.

Apalagi ketika pusat kesehatan utama di distrik Aslam dibanjiri puluhan anak-anak yang kurus kering.

Anak-anak balita tersebut sangat kurus, mata menonjol, dan duduk di bak cuci plastik yang digunakan dalam skala pengalihan saat para perawat menimbang mereka satu per satu.

Baca Juga : Tetap Tampil Cantik Meski Sudah Kepala 4, Minuman Ini Jadi Rahasia Awet Muda Seorang Yuni Shara, Patut Dicontoh!

Bahkan sanking kurusnya mereka, memiliki tungkai dan lutut yang melengkung.

Menurut perawat yang memeriksa kondisi mereka, kondisi anak-anak balita tersebut bisa dibilang sudah masuk tahap terburuk malnutrisi.

Anak-anak kelaparan di Yaman.

Fakta lain, setidaknya 20 anak diketahui telah meninggal karena kelaparan tahun ini.

Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, karena beberapa keluarga melaporkan kematian anak-anak mereka ketika mereka meninggal di rumah, kata para pejabat.

Di salah satu desa, seorang balita berusia 7 bulan, Zahra, menangis dan meminta makanan kepada ibunya.

Baca Juga : Presenter Marissa Anita Akui Sempat Derita Gangguan Makan, Tubuh Kurusnya Jadi Sorotan

Masalahnya adalah sang ibu juga menderita kekurangan gizi dan tidak dapat menyusui Zahra.

Lebih parahnya lagi dia tidak bisa membeli susu formula untuk anaknya.

“Sejak hari dia lahir, saya belum punya uang untuk membeli susu atau membeli obatnya,” kata ibu Zahra. 

Sebelumnya, Zahra dirawat di pusat kesehatan, namun ketika kembali ke rumahnya, kondisinya semakin buruk.

Tanpa uang, orangtuanya tidak mampu menyewa mobil atau sepeda motor membawa Zahra kembali ke klinik.

Padahal menurut Mekkiya Mahdi, kepala pusat kesehatan, jika mereka tidak membawa Zahra kembali ke klinik, Zahra bisa meninggal dunia.

Baca Juga : [Video] Makan Siang Pasti Jadi Makin Lahap Kalau Ada Semangkuk Bakso Ayam Komplet, Intip Resepnya Berikut

"Kami berada di abad 21, tetapi karena perang, kondisinya jadi seperti ini,” kata Mahdi.

Setelah Mahdi berkeliling desa dan melihat semua orang hidup dari pasta daun, dia mengaku shock.

"Ketika saya pulang dan saya tidak bisa memasukkan makanan ke mulut saya. Saya sangat terpukul melihat kondisi mereka.”

Anak-anak jadi korban pertama peperangan

Kelaparan yang semakin memburuk di Aslam adalah tanda kesenjangan dalam sistem bantuan internasional yang sudah kewalahan dan di bawah tekanan dari pemerintah setempat.

Akibatnya satu-satunya bantuan yang di dapat adalah dari rakyat Yaman sendiri atau kematian karena kelaparan akan meluas di negara lain.

Dalam enam bulan pertama tahun ini, provinsi Hajjah, di mana Aslam berada, mencatat ada 17.000 kasus kekurangan gizi akut parah, lebih tinggi daripada dalam catatan setahun penuh, kata Walid al-Shamshan, kepala bagian gizi Kementerian Kesehatan di provinsi itu.

Anak-anak yang kekurangan gizi yang sebelumnya dirawat kembali ke klinik dalam kondisi yang lebih buruk, jika mereka berhasil kembali.

Baca Juga : Sempat Koma Hingga 5 Bulan, Penyakit yang Renggut Nyawa Sukma Ayu Bisa Dipicu Makanan Enak Ini

"Kematian terjadi di desa-desa terpencil di mana orang-orang tidak dapat mencapai unit kesehatan," kata al-Shamshan.

Diketahui perang saudara di Yaman telah menghancurkan kemampuan negara yang sudah rapuh itu untuk memberi makan penduduknya.

Perang itu menuduh pemberontak Syiah dikenal sebagai Houthis, yang menguasai utara, melawan koalisi pimpinan Saudi, bersenjata dan didukung oleh Amerika Serikat.

Akibat perang tersebut, sekitar 2,9 juta wanita dan anak-anak mengalami kekurangan gizi akut, di mana 400.000 anak lainnya tengah berjuang dari kelaparan.

Baca Juga : Sukses Turunkan 33 kg Dalam 5 Bulan, Thalita Latief Bagikan Tips Atur Pola Makan Tanpa Menyiksa

Fakta lain, Aslam adalah salah satu distrik termiskin di negara ini, dengan ratusan desa kecil.

Bahkan beberapa terisolasi di pegunungan tinggi di jantung Houthi yang memiliki populasi sebesar 75.000 hingga 106.000.

Semoga ada solusi terbaik akan kondisi ini.